Sumbar

FKH Pariaman Istirahat, Namun Semangat Anggota Tetap Hidup

32
×

FKH Pariaman Istirahat, Namun Semangat Anggota Tetap Hidup

Sebarkan artikel ini

PARIAMAN, HANTARAN.Co–Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Pariaman Sumatera Barat kini tengah istirahat dari berbagai kegiatan. Meski begitu, semangat para anggotanya untuk menjaga lingkungan tetap hidup, walau tanpa dukungan dana dari pemerintah seperti tahun-tahun sebelumnya.

Ketua FKH Kota Pariaman, Junaidi, menjelaskan bahwa forum ini lahir pada tahun 2012 dari hasil sosialisasi yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup. Sosialisasi tersebut dihadiri oleh berbagai unsur masyarakat, pemuda, pelajar, pegawai pemerintah, hingga komunitas peduli lingkungan.

“Dari kegiatan itu muncul ide untuk membentuk forum yang bisa menampung semangat peduli lingkungan di Pariaman. Pada tahun 2013, kami mulai aktif berkegiatan,” ujar Junaidi kepada Haluan, Kamis (9/10/2025).

Pada masa awal berdirinya, FKH mendapat dukungan penuh dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Lingkungan Hidup melalui program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Dukungan tersebut berlangsung sekitar empat tahun, dari 2013 hingga 2017.Dengan adanya dana dari kementerian, FKH berhasil menggelar berbagai kegiatan besar seperti Festival Hijau, lomba mewarnai untuk anak-anak, serta penanaman pohon di sejumlah titik kota.

Festival Hijau menjadi salah satu kegiatan paling ditunggu masyarakat setiap tahunnya.“Festival itu sempat jadi agenda rutin. Kami adakan lomba daur ulang sampah, lomba mewarnai, hingga kegiatan peduli lingkungan seperti tanam pohon. Tujuannya supaya masyarakat terlibat langsung dalam menjaga kebersihan,” katanya.

Setelah dukungan dari kementerian berakhir, FKH sempat melanjutkan kegiatan dengan bantuan APBD Kota Pariaman. Namun, ketika pandemi COVID-19 melanda, alokasi dana untuk kegiatan lingkungan terpaksa dihentikan.

“Selama pandemi, dana dialihkan untuk hal yang lebih mendesak. Sejak itu kegiatan kami menurun drastis,” ujar Junaidi.

Pasca-pandemi, FKH masih sempat mengadakan kegiatan sederhana seperti aksi bersih-bersih pantai dan pulau serta pemeliharaan taman kota secara sukarela. Namun karena tidak ada dana operasional, kegiatan itu kini terhenti.

“Saat ini memang belum ada kegiatan lagi. Kami tetap semangat, tapi tanpa biaya operasional agak sulit untuk bergerak,” jelasnya.

Selama aktif, FKH Pariaman dikenal sebagai penggerak utama aksi bersih pantai di Pantai Gandoriah, Pantai Kata, dan Pulau Angso Duo. Kegiatan itu tak hanya menjaga kebersihan, tapi juga mengedukasi wisatawan agar tidak membuang sampah sembarangan.

Selain aksi lapangan, FKH juga bekerja sama dengan Dinas PUPR dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pariaman untuk menjaga keberlanjutan ruang terbuka hijau dan taman kota. Walau kini tanpa pendanaan, hubungan baik dengan instansi tersebut tetap terjaga.Menurut Junaidi, tantangan terbesar komunitas ini bukan sekadar dana, melainkan menjaga kesadaran masyarakat agar tetap peduli terhadap lingkungan.

“Kalau semua pihak mau terlibat, Pariaman bisa tetap hijau dan bersih seperti dulu,” ujarnya.Ia berharap pemerintah maupun sektor swasta bisa kembali memberi perhatian pada gerakan lingkungan. “Kalau ada sedikit dukungan saja, kami siap aktif lagi. Karena menjaga bumi tidak bisa menunggu, harus dimulai dari sekarang,” tutupnya.