Festival Randai di Payakumbuh Digelar Selama 3 Hari

randai

Festival randai Luak Limapuluh Kota, digelar di Padang Somuk, Talang Kota Payakumbuh, mulai Jumat (20/11). Zulkifli

PAYAKUMBUH, Hantaran.co– Sebanyak 20 grup randai di Luak Limopuluah (2 Kota Payakumbuh dan 18 Kabupaten Limapuluh Kota) bakal tampil dalam Festival Randai di Lapangan Bola Kaki Padang Somuik Pulai, Kelurahan Talang, Kecamataan Payakumbuh Barat. Festival itu mulai digelar pada Jumat (20/11) selama 3 hari, 20-22 November 2020.

Kabid Seni Budaya Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar Ilfitra memaparkan, kegiatan itu berasal dari Dana Pokok Pikiran anggota DPRD Provinsi Sumbar yang dialokasikan kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar. Rencananya digelar di Kabupaten Limapuluh Kota, tapi akhirnya dialihkan ke Payakumbuh.

Asisten II Elzadaswarman menyampaikan, kebudayaan adalah komponen yang harus dibanggakan sebagai orang Minang. Dikatakannya, Wali Kota berpesan agar upaya mencegah penyebaran Covid-19 dapat dilakukan disaat menggelar iven seperti ini, meski pengunjung dibatasi di sekitar area pertunjukan Randai.

“Apresiasi kepada dewan di provinsi yang telah mengalokasikan dana Pokirnya untuk menggelar kegiatan kebudayaan di Payakumbuh. Pesan kami mari cegah Covid-19 dengan berfikir besar dan lakukan hari ini mulai dari hal yang kecil. Laksanakanlah kegiatan dengan menjaga protokol kesehatan,” ujarnya.

Anggota DPRD Provinsi Sumbar Nurkhalis, menyebut, Festival ini adalah salahsatu pokok pikiran (Pokir) anggota DPRD Provinsi Sumbar dari daerah pemilihan 5 (Payakumbuh-Limapuluh Kota) yang tidak terefokusing akibat Pandemi Covid-19. Latar belakang festival ini berdasarkan aspirasi dari masyarakat selama mereka melakukan reses, bagaimana menghidupkan budaya Minangkabau, salah satunya Randai.

“Kami sudah berkonsultasi dengan dinas kalau kegiatan ini tidak bisa dilaksanakan di Kabupaten Limapuluh Kota, maka diajukan di Kota Payakumbuh. Kita sebagai warga Luak Limopuluah ingin mempertunjukkan seni tradisional sebagai ikon wisata budaya. Kita mungkin tidak bisa seperti Bali dan Jogja. Di Payakumbuh banyak potensi seperti wisata kuliner, budaya, dan wisata keluarga yang dapat meningkatkan perekonomian masayarakat kita,” ujarnya.

Kadisparpora Kota Payakumbuh, Desmon Corina, didampingi Sekretaris Doni Saputra dan Kabid Kebudayaan Riswandi menyampaikan kalau kesenian Randai akan selalu diperkenalkan kepada generasi muda agar menjadi warisan kesenian turun-temurun sesuai pepatah, “indak lapuak dek hujan, indak lakang dek paneh”.

Kesenian randai mendapat tempat di hati generasi muda Minangkabau. Kaum muda lebih mengenali dan mencintai kesenian negerinya sendiri. Anak sekolah merupakan salah satu komunitas terbesar yang terdiri dari generasi muda. Oleh sebab itu sasaran bidik pelestarian kesenian randai mengarah kepada lembaga pendidikan, terutama jenjang pendikan SLTP dan SLTA.

Ditambahkannya, pada kedua jenjang pendidikan sekolah tersebut terdapat kurikulum muatan lokal. Seni dan Budaya merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal tersebut. Namun demikian, upaya pelestarian kesenian randai juga dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Randai menjadi salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara berganti-gantian.

Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat menjadi satu cerita. Randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat. Semua gerakan Randai dituntun oleh aba-aba salah seorang di antaranya, yang disebut dengan janang.

(Zulkifli/Hantaran.co)

Exit mobile version