Pesisir Selatan — Festival Langkisau 2025 yang digelar di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, mendadak diwarnai aksi unik dan mengundang gelak tawa saat peserta pawai budaya dari Kecamatan Lengayang saling melempar pisang rebus, Senin (14/4/2025). Aksi tak biasa itu berlangsung di halaman Kantor Bupati Pesisir Selatan, sesaat setelah Bupati Hendrajoni secara resmi melepas peserta pawai.
Peristiwa yang sempat memicu kebingungan penonton tersebut ternyata merupakan bagian dari atraksi budaya yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tradisi melempar pisang rebus atau dikenal dengan sebutan “Parang Pisang” ini merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Pesisir Selatan.
“Awalnya saya mengira terjadi keributan, tapi setelah tahu ini bagian dari pertunjukan budaya, saya justru sangat bangga. Ini bukti bahwa kearifan lokal kita masih hidup dan bisa ditampilkan dengan cara yang kreatif,” ujar Bupati Hendrajoni.
Wakil Bupati Risnaldi Ibrahim yang turut hadir bersama istri, juga mengapresiasi pertunjukan tersebut sebagai bentuk pelestarian budaya.
“Tradisi seperti Parang Pisang ini bukan hanya hiburan, tapi juga edukasi bagi generasi muda tentang pentingnya menyelesaikan perbedaan secara damai. Ini salah satu warisan budaya yang patut terus dijaga,” katanya.
Parang Pisang merupakan tradisi yang menggambarkan penyelesaian konflik atau perbedaan pendapat dengan cara damai dan humoris. Pisang rebus digunakan sebagai simbol “senjata” dalam aksi tersebut. Dalam beberapa daerah di Pesisir Selatan, tradisi ini juga digelar untuk memperingati kelahiran bayi kembar sumbang, yaitu kembar laki-laki dan perempuan.
Masyarakat meyakini bahwa bayi kembar sumbang memiliki ikatan batin yang kuat karena tumbuh bersama sejak dalam kandungan. Tradisi Parang Pisang bertujuan untuk memisahkan batin mereka agar tidak muncul perasaan saling suka saat dewasa. Aksi lempar pisang dilakukan oleh dua pihak keluarga, yakni keluarga bayi kembar dan keluarga induak bako, yaitu kerabat perempuan dari pihak ayah.
Festival Langkisau sendiri merupakan agenda tahunan yang menampilkan ragam budaya, seni, dan potensi daerah Pesisir Selatan. Tahun ini, festival kembali digelar dengan semarak setelah sempat vakum beberapa tahun terakhir, dan diikuti oleh 15 kecamatan dengan rute pawai dari Kantor Bupati menuju Pantai Carocok Painan.
Kehadiran tradisi Parang Pisang dalam festival tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton yang memadati lokasi acara.