kesehatan

Dipisahkan Covid-19, Rahma Pendam Kerinduan Bertemu Bayinya

×

Dipisahkan Covid-19, Rahma Pendam Kerinduan Bertemu Bayinya

Sebarkan artikel ini
Covid-19
Rahma, pasien Covid-19 yang harus memendam kerinduan bertemu bayinya usai melahirkan beberapa waktu lalu. Pasalnya, ia harus menjalani isolasi terlebih dahulu. IST

Laporan: Silvia Oktarice

Kelahiran selalu menjadi momen bahagia yang dinanti-nantikan oleh setiap ibu. Namun tidak bagi Rahma (31), seorang ibu muda asal Kamang, Kabupaten Agam.

Hari itu, Rabu (11/11/2020), yang mestinya menjadi momen bahagia, berubah menjadi menegangkan kala Rahma dinyatakan positif Covid-19 saat akan melahirkan anak keduanya, dan terpaksa harus melahirkan  melalui operasi sesar.

Tak terbayangkan sedikit pun bagi Rahma harus melahirkan anak keduanya dengan operasi sesar, karena anak pertamanya lahir dengan persalinan normal. Menurut pemeriksaan terakhir kandungannya, sangat memungkinkan baginya untuk melahirkan secara normal. Namun, ia harus pasrah dengan keputusan tim medis.

Di saat pandemi Covid-19,  sudah menjadi aturan medis bagi ibu yang akan melahirkan untuk wajib mengikuti tes swab, yang memang bertujuan untuk melindungi ibu dan bayinya. Prosedur itulah yang dilalui Rahma, karena menurut taksiran, ia akan melahirkan pertengahan November.

Saat diberitahu pihak puskesmas bahwa dirinya positif Covid-19 dengan kriteria Orang Tanpa Gejala (OTG), meskipun sebelumnya sudah mempersiapkan diri akan kemungkinan buruk ini, ia kaget dan menangis. Ada perasaan berkecamuk dalam dirinya,  karena itu berarti ia harus diisolasi dan tidak bisa bertemu keluarga dan suami yang bekerja di Kota Padang. 

Kesedihannya pun bertambah sebelum dinyatakan positif Covid-19.  Paginya,  sudah ada tanda akan melahirkan dan perutnya pun sudah mulai berkontraksi. Kebalikan dengan orang yang akan melahirkan normal yang jika ada tanda harus banyak gerak, ia justru dilarang banyak gerak karena diwajibkan untuk operasi sesar.

Rahma harus di rujuk ke RSUP M. Djamil Padang karena memang peralatan dan fasilitas di sana lebih lengkap untuk pasien Covid-19 yang akan melahirkan. Sambil menunggu ambulans datang menjemput, sesekali ia mengeluh dan menangis saat menelepon sang suami yang hanya bisa menunggu kedatangannya di Padang.

Belum lagi rasa lapar yang harus ditahan, karena ia harus puasa sebelum menjalankan operasi. Tadinya, Rahma akan dirujuk ke RSUD Pariaman, namun karena RSUD tersebut kapasitasnya sedang penuh, ia akhirnya dirujuk ke RSUP M. Djamil.

Selama perjalanan menuju Padang, ia merasakan perutnya berkontraksi lagi. Dalam hati acapkali ia berkata pada anak yang ada dalam perutnya untuk bersabar. Melihat petugas memakai pakaian hazmat lengkat membuatnya sadar, ternyata beginilah yang dirasakan orang-orang yang dijemput ambulans karena positif Covid-19.

“Ada perasaan cemas, sedih akan bagaimana nanti di rumah sakit. Selain itu, juga sedih memikirkan untuk waktu yang tidak sebentar, tidak boleh bertemu dengan keluarga dulu,” ucap Rahma.

Saat sampai di Padang sekitar pukul 16.00 WIB, ia baru bisa melihat suaminya walaupun dari jauh. Kemudian sesaat sebelum operasi, ia diberi obat bius, dan ternyata efek obat bius membuat badannya menggigil.Tapi ia tidak boleh cengeng, karena ini demi anak. Semua kesakitan yang ia hadapi saat itu ia ikhlaskan demi anak lahir selamat. Ia pun tidak berhenti berzikir memohon keselamatan kepada Allah SWT.

Akhirnya, sekitar pukul 11.40 WIB, Rahma melahirkan seorang bayi laki-laki. Namun, ia tidak bisa memeluk bayinya karena bayi tersebut langsung dipisahkan dengan dirinya. Namun, ia tetap bersyukur bisa mendengar tangisan bayinya. Dengan lahirnya bayi laki-laki tersebut anaknya pas sepasang, karena si sulung adalah anak perempuan.

Namun, perjuangannya pascamelahirkan belum berhenti sampai di situ. Setelah operasi, ia merasakan sekujur tubuhnya sakit. Mau terlentang ataupun miring, tidak satupun merasakan kenyamanan. Berkali-kali ia meminta perawat untuk mengecek pergerakan ususnya, karena rasanya tak tahan lagi untuk berpuasa.

Baru pukul 10.00 WIB esok paginya ia diizinkan untuk minum sedikit demi sedikit dan sejam berikutnya ia baru diperbolehkan makan. Setelah makan dan minum, ia pun merasakan badannya sedikit nyaman dan baru bisa tidur. Namun, keesokan harinya ia terus berjuang. Dalam kondisi kepala pusing dan perut mual, ia tetap harus memompa ASI supaya produksi ASI tersebut tidak berhenti. Namun, ASI yang dipompa tidak boleh diberikan kepada bayinya, sampai menunggu hasil tesnya negatif.

Bayinya terpaksa minum susu formula demi kesehatannya. Ada kesedihan karena tidak bisa bertemu dengan bayinya sekaligus menyusuinya. Namun, sekali lagi, demi kesehatan anaknya ia rela menahan semua kesedihannya tersebut.

Akhirnya pada Rabu kemarin (17/11/2020), bayi yang dilahirkannya diperbolehkan pulang setelah dinyatakan negatif Covid-19.  Bayi itu dijemput oleh ayah dan neneknya dari Kamang dan kemudian dibawa langsung ke kampung. Ada sedikit perasaan lega yang dirasakan Rahma karena anaknya sudah di pelukan neneknya di kampung.

Saat ini, ia ingin fokus pada kesembuhannya pasca operasi dan tentunya sembuh dari Covid-19.  Ia tidak sabaran bisa bertemu kembali dengan anak-anaknya dan keluarga besarnya. Satu pelajaran yang ia dapat dari musibah ini, ke depan ia dan keluarga harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas.

Virus bisa menyerang siapa saja bahkan dirinya yang bisa dibilang tidak terlalu sering menghabiskan waktu di luar rumah. Selama pandemi ini belum berakhir, imbauan pemerintah untuk selalu mematuhi protokol kesehatan harus dijalankan, agar bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19. (*)