EkonomiSerbaSerbi

Di Tengah Pandemi, Batu Akik Masih Diminati

×

Di Tengah Pandemi, Batu Akik Masih Diminati

Sebarkan artikel ini
batu akik
Penjual batu akik sedang menjajalkan barang dagangannya di Pasar Raya, Gang 2 Karyo, Rabu (2/12). RIZKY SAPUTRA

PADANG,Hantaran.co- Penjualan batu akik di tengah pandemi ternyata masih menggeliat. Hal ini terpantau di kawasan penjualan batu akik di gang 2 Karyo, Pasar Raya Padang, Rabu (2/12).

Danil (43) penjual batu akik mengatakan, hingga saat ini penjual batu akik masih eksis, hal ini dibuktikan dengan masih banyak penjual dan pembeli batu akik yang melakukan transaksi.

“Saat ini masih berjalan lancar. Orang banyak yang bilang batu akik itu murah, mana ada yang murah, batu ini juga ada kualitasnya,” terangnya.

Danil juga menambahkan harga batu akik ini tergantung kristal dan corak batu. Semakin bagus kualitas batu tersebut, maka semakin mahal juga harganya. Ada yang harganya mulai dari Rp200 ribu hingga Rp3 juta.

“Di sini masih banyak yang membeli batu akik, harganya terbilang masih terjangkau. Jenis batu akik yang dijual bervariasi, mulai dari batu Bacan, Sungai Dareh, Cimpago limau manih, Cimpago biru, Sleman daud dan lain-lain harganya juga bervariasi,” jelasnya.

Pembeli batu akik tidak hanya sekitar Sumbar, tetapi juga ada di luar provinsi sumbar. Namun karena kondisi pandemi, pembeli di luar wilayah sumbar menjadi menurun tetapi tidak terlalu berpengaruh terhadap jual beli batu akik. Pembeli batu akik rata-rata dari kalangan remaja,dewasa hingga bapak- bapak dan ibu-ibu.

“Pada masa populernya, batu akik, hampir semua kalangan. Bahkan ada juga pembeli di luar kota seperti Batam, Pekan Baru, dari Malaysia juga ada. Meskipun sekarang tidak seeksis dulu, pembeli tetap masih banyak,” terangnya.

Danil, mengatakan upah asah batu akik tergantung dari kualitas batu. Mulai dari Rp40 ribu hingga Rp.100 ribu, hal ini dilihat dari tingkat ketelitian dan risiko batu yang diasah dapat menentukan upah asah batu akik.

“Di masa pandemi ini tidak ada pengaruh sama sekali terhadap jual beli saya. Soalnya saya jualan terus. Ya namanya juga rezeki harimau, bisa laku keras jika ada beli yang mahal, bisa tidak laku. Tetapi pendapatan saya dalam satu hari itu rata – rata Rp.500 per hari,” katanya menambahkan.

Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Anton (52) seorang penjual batu akik. Dia mengatakan batu akik bukanlah sebuah kebutuhan melainkan sebuah hobi. Penjualan batu akik tidak serta merta dalam satu hari jualannya habis.

“Pandemi ataupun tidak, usaha saya tidak berpengaruh. Hanya saja jika ada penertiban protokol kesehatan, keramaian harus dihindarkan. Ini juga tidak terlalu berefek pada jual beli saya,” ujarnya.

Begitupun pembeli yang ingin membeli batu akik. Dia mengatakan orang yang membeli batu akiknya hingga manca negara.

“Orang yang membeli batu akik saya tidak hanya warga lokal. Namun juga sampai manca negara. Mulai dari China, Korea, Malaysia. Itu pada saat sebelum Covid-19. Sekarang karena masa pandemi turis mancanegara ditutup,” katanya.

(Rizky/Hantaran.co)