Berita

Dharmasraya dalam Bayang-Bayang Sumpah Pemuda: Ketika Ancaman Pornografi dan Predator Menguji Masa Depan Generasi Muda

×

Dharmasraya dalam Bayang-Bayang Sumpah Pemuda: Ketika Ancaman Pornografi dan Predator Menguji Masa Depan Generasi Muda

Sebarkan artikel ini

DHARMASRAYA, HANTARAN. CO – Pada 28 Oktober 1928, teriakan “Satu Tanah Air, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa” menggema dalam Sumpah Pemuda, sebuah ikrar ikonik yang menyatukan pemuda Indonesia di bawah satu semangat: Indonesia. Namun, semangat persatuan dan kebangsaan yang menjadi tumpuan para pemuda saat itu tampaknya kini terancam di Kabupaten Dharmasraya, tempat di mana ancaman pornografi dan predator anak menguji masa depan generasi muda.

Mirisnya Realitas: Ancaman Pornografi di Tengah Anak dan Remaja Baru-baru ini, warga Dharmasraya dikejutkan dengan tersebarnya video pornografi berdurasi lima menit yang mudah diakses oleh pelajar, pemuda, bahkan anak-anak di bawah umur. Di era digital seperti sekarang, dengan mudahnya akses internet dan gawai di tangan anak-anak, konten seperti ini dapat dengan cepat menyebar tanpa batas, membawa dampak yang memprihatinkan pada psikologis mereka.
Para ahli menyatakan bahwa paparan pornografi pada usia dini dapat menghancurkan perkembangan psikoseksual anak, mengaburkan pemahaman mereka tentang hubungan interpersonal yang sehat. Lebih jauh lagi, konten ini memicu kecemasan dan trauma yang dapat tertanam dalam benak anak-anak yang belum siap mencerna apa yang mereka lihat. Beberapa anak bahkan berpotensi untuk meniru perilaku yang mereka saksikan, yang jelas membahayakan baik secara fisik maupun mental.
Meski demikian, ironisnya, belum ada gerakan nyata dari tokoh masyarakat, organisasi, atau pemerintah daerah untuk menindaklanjuti penyebaran video ini secara hukum. Apakah kepedulian terhadap masa depan generasi muda kita sudah mulai pudar?

Di Balik Bayangan Pornografi, Ancaman Predator Anak Meningkat
Tak hanya pornografi, ancaman lain yang mengintai anak-anak di Dharmasraya adalah maraknya kasus predator anak. Berdasarkan data Dinas Sosial Dharmasraya, angka kasus predator anak di 2023 meningkat tajam di berbagai kecamatan. Pada 2023, tercatat lima anak laki-laki menjadi korban predator, dengan empat kasus di Kecamatan Koto Besar dan satu di Timpeh. Korban anak perempuan jauh lebih tinggi dengan 20 kasus, terutama di Kecamatan Pulau Punjung, yang mencatat angka tertinggi yaitu enam kasus. Kasus predator yang menyasar perempuan dewasa mencapai tiga, masing-masing terjadi di Pulau Punjung, Sitiung, dan Koto Besar.
Meski data 2024 menunjukkan penurunan, ancaman predator anak masih ada dan nyata. Tahun ini, ada tiga anak laki-laki yang menjadi korban, dengan dua kasus di Sitiung dan satu di Sungai Rumbai. Korban anak perempuan mencapai sembilan kasus, tersebar di Pulau Punjung, Sitiung, Sungai Rumbai, dan beberapa kecamatan lain. Sementara itu, satu kasus predator terhadap perempuan dewasa dilaporkan di Kecamatan Timpeh.

Masa Depan Generasi Muda: Harapan di Tengah Ancaman
Di saat ancaman seperti pornografi dan predator anak semakin nyata, semangat Sumpah Pemuda seolah kembali menyeruak, mengingatkan bahwa persatuan dan kepedulian terhadap sesama harus tetap menjadi fondasi kita. Masa depan generasi muda Dharmasraya tidak hanya tanggung jawab keluarga, tapi juga masyarakat, pemerintah, dan setiap elemen yang peduli pada masa depan bangsa ini.
Perlu ada langkah konkret dari berbagai pihak untuk menghadirkan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak Dharmasraya. Pendidikan tentang literasi digital, pengawasan yang lebih ketat, serta sosialisasi pencegahan predator anak adalah beberapa langkah yang mendesak. Tanpa aksi nyata, cita-cita persatuan dan kemajuan yang tertuang dalam Sumpah Pemuda bisa memudar, tertutup oleh gelapnya bayang-bayang ancaman yang terus mengintai.

Di bawah semangat Sumpah Pemuda, tentunya masyarakat berharap Dharmasraya dapat bangkit, melindungi generasi muda, dan mewujudkan tanah air yang aman bagi setiap anak bangsa.