OLEH SYAMSUARDI S
WARTAWAN SENIOR HALUAN
Sebagai warga Kota Bukittinggi, pada tempatnya kita memberikan apresiasi kepada ketiga pasang calon Wali Kota yang sebelumnya telah berjuang mempersiapkan diri masing-masing, untuk bisa masuk box start pada Pilkada Wali Kota Bukittinggi 2020.
Ketiga pasang calon telah ditetapkan KPU sebagai kandidat memenuhi syarat ikut Pilkada Wali Kota Bukittinggi 2020. Artinya, mereka telah menjalani beberapa tahap pelaksanaan Pilkada yang tentu saja bukan pekerjaan mudah, tetapi mereka telah menempuh perjuangan yang cukup berat, penuh pengorbanan, harta, tenaga dan waktu. Bahkan, ke depan, tentu saja akan semakin berat perjuangan mereka menjelang hari H.
Dari tiga pasangan calon, dua diusung parpol, yakni pasangan Irwandi Dt. Batujuah-David Khalid yang diusung PAN, Nasdem dan PKB, dan pasangan Erman Safar-Marfendi, diusung Gerindra, PKS dan didukung Golkar. Sedangkan petahana Ramlan Nurmatias Dt Nan Basa berketetapan hati kembali maju secara perseorangan alias independen, berpasangan dengan mantan staf Pemko Bukittinggi, Syahrizal Dt. Palang Gagah.
Meskipun independen, pasangan petahana juga mendapat dukungan dari parpol Demokrat dan PPP. Menyusul PDIP, ikut mendukung.
Sebagai gambaran peta politik Bukittinggi, sesuai ketetapan KPU, jumlah Daftar Pemilih Sementara untuk Pilkada serentak 2020, sejumlah 77.331 pemilih yang menyebar di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Guguk Panjang dan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB)
Sementara pada Pilkada 2015, jumlah pemilih mencapai 73.883, dan hanya 59,87 persen yang menggunakan hak konstitusionalnya, yakni 44.231 pemilih.
Calon perseorangan pasangan Ramlan Nurmatias dan Irwandi berhasil meraup 17.870 suara atau 41,84 persen, menang mengalahkan incumbent, Ismet Amzis dan Zulbahri yang memperoleh 11.786 suara atau 27,60 persen.
H. Taslim,S.Si dan H. Marfendi Dt. Basa Balimo 7.053 Suara (16,59%) dr. H. Harma Zaldi, S.Pb-Ir. Hj. Rahmi Brisma meraih 4.472 Suara (10,52%), sementata H. Febby, SST. Par Dt. Bangso Nan Putiah- Zul Ifkar Rahim 1.505 Suara.
KUDA HITAM
Kepemimpinan Ramlan Nurmatias sebagai Wali Kota Bukittinggi cukup kuat dan sulit terkalahkan dalam Pilkada Desember ini. Selama hampir lima tahun terakhir, Ramlan membawa perubahan cukup besar untuk kemajuan kota, terutama dalam bidang kepariwisataan, jasa dan perdagangan.
Progres pembangunan infrastruktur perkotaan cukup pesat, sekaligus menghadirkan wajah Kota Bukittinggi yang ramah-menawan dan familiar dengan kehidupan masyarakat ekonomi pariwisata yang dengan sendirinya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Menyusul berdirinya bangunan megah Rumah Sakit Daerah dan pembangunan kembali Pasar Atas yang representatif, tak dapat dipungkiri kepemimpinan Ramlan menjadi sangat kuat, sehingga sulit dapat digulingkan dalam pilkada Desember nanti. Sebagamana sejumlah pengamat juga mengungkapkan hal yang sama tentang kekuatan kepemimpinan Ramlan Nurmatias yang terbangun sejak lima tahun terakhir.
Namun demikian, kubu Ramlan jangan cepat berpuas diri, apalagi terlena. Sebab keperkasaan kepemimpinan Ramlan Nurmatias, dibayang-bayangi oleh kemungkinan munculnya kuda hitam dan dendam koalisi Parpol besar.
Menghadapi situasi ini, timses petahana harus mampu memberikan pencerahan yang objektif dan rasional kepada masyarakat pemilih. Sebab sejak dua dekade terakhir, masyarakat politik kita telah mengalami peningkatan secara kualitas. Sebagian besar pemilih, kini cenderung secara objektif dan rasional menetapkan pilihan mereka.
Kita lihat pasangan Irwandi-David dan Erman Safar-Marfendi, tak dapat dianggap enteng. Masing-masing mereka punya strategi yang bisa saja endingnya sangat mengejutkan. Mereka menerobos lini-lini pemilih yang rasional seperti para pemiplih pemula, perempuan dan kaum milenial, termasuk kelompok masyarakat yang tak puas dengan kepemimpinan Ramlan.
Baik Datuak Batujuah maupun Marfendi sebagai Wakil Wali Kota dari Erman Safar, mereka sama-sama mengantongi modal awal yang cukup signifikan. Datuak Batujuah sebagai Wakil Walikota bersama Ramlan sebagai Walikota, dalam pilkada 2015, berhasil mengantongi 17.800 lebih suara.
Mungkin dari jumlah tersebut, kekuatan Datuak Batujuah sekitar 30-35 persen di bawah Ramlan, namun sosok Datuak Batujuah tetap signifikan sebagai kekuatan politik dalam memenangkan pilkada 2015. Lagi pula, peran politikus perempuan PAN Rahmi Brisma tak bisa dianggap angin lalu.
Rahmi yang berpasangan dengan Harma Zaldi kala itu juga berhasil meraup 4.400 lebih suara. Begitu juga Marfendi, saat itu dia sebagai calon Wakil Walikota berpasangan dengan Taslim, berhasil meraup 7.000 lebih suara, yang diyakini lebih dominan peran pemilih PKS yang dikenal militan.
Irwandi Dt Batujuah misalnya; dia adalah seorang birokrat senior yang terbilang sukses sebagai “executive carriers”. Dia merintis karier sejak menjadi staf biasa di Pemko Payakumbuh, hingga berhasil mencapai puncak kariernya sebagai Sekda. Sebuah ending yang mulus dari perjalanan kariernya, karena menyudahi sukses karier dengan memasuki masa pensiun.
Dia sudah malang-melintang di jajaran Birokrasi Pemerintahan. Dia seorang birokrat matang, kaya pengalaman terutama dalam bidang kepamongan.
Sosok Irwandi Dt Batujuah, adalah seorang intelektual yang bermasyarakat. Seorang konseptor di lini eksekutif. Low profile dan piawai dalam mengelola administrasi pemerintahan sekali gus menghadapi masalah kemasyarakatan.
Tak sebatas sukses dalam karier eksekutif, bahkan dia juga sukses merintis jabatan politis yang mengantarkannya menjadi Wakil Walikota Bukittinggi, berpasangan dengan Ramlan Nurmatias sebagai Walikota dalam pilkada sebelumnya menumbangkan petahana Ismet Amzis. Sebuah langkah politis yang mengesankan sekali gus menunjukkan Dt. Batujuah memang bertangan dingin.
Kini Irwandi Dt Batujuah tampil sebagai calon Walikota Bukittinggi berpasangan dengan artis, seorang aktor berkarakter, David Khalid. Ini cukup mencengangkan. Sebab, di tengah krisis ekonomi seperti sekarang, tak mudah mendapatkan pasangan seorang pengusaha muda sukses seperti David Khalid. Ini menunjukkan kepiawaian seorang Datuak Batujuah di ranah politik lokal.
Dia adalah sosok yang ramah dan pandai bermasyarakat. ideal secara politis dan memiliki popularitas yang bakal jadi idola bagi pemilih pemula dan kaum milenial.
Patut menjadi catatan pengamat politik lokal, bahwa seorang Datuak Batujuah tak main-main. Dia adalah tipe birokrat sejati yang sangat piawai menghadapi tantangan dan juga seorang politikus yang mampu bekerja profesional.
Munculnya pasangan “Idaman” atau Irwandi-David, secara politis memberi warna baru dan pencerahan bagi masyarakat pemilih kota Bukittinggi dalam pilkada kali ini.
Mengapa demikian?
Pertama, lebih disebabkan faktor kefiguran David Khalid sebagai artis. Dia muda, intelektual, wajah simpatik dan tampan. Sosok ideal secara politis dan memiliki popularitas yang bakal jadi idola bagi pemilih pemula dan kaum milenial. Ini tentu saja sangat menggugah masyarakat pemilih, terutama pemilih pemula, pemilih perempuan dan generasi milenial.
Sebagai artis, David Khalid sudah cukup terkenal dan belum tersentuh stigma buruk dalam perjalanan kariernya sebagaimana kebanyakan artis–yang begitu mudah terlibat kasus narkoba. Disamping itu, pemilih pemula dan perempuan, merupakan jumlah terbesar secara Nasional. Keadaan ini tentu saja memberi harapan bagi figur calon dari kalangan muda seperti David.
Dari beberapa kali manuver politiknya dengan sejumlah kelompok masyarakat, baik secara pribadi David Khalid sendiri, maupun bersama Dt Batujuah, ini cukup mendapat sambutan positif dari masyarakat, terutama dari kalangan muda dan perempuan.
Kedua, figur Irwandi Dt Batujuah, adalah seorang Ninik Mamak, sangat pandai bermasyarakat, piawai menghadapi masalah masyarakat sekali gus mampu memberikan solusi.
Dia seorang birokrat tulen, yang menghabiskan sebagian besar umurnya merancang kebijakan pemerintah dan sangat memahami sosio-kultural masyarakat di daerah. Termasuk memamahami kultur politik masyarakat daerah.
Ketiga, perlu digaris-bawahi, Irwandi Dt Batujuah sepanjang kariernya dalam pemerintahan dan politik, tak pernah “kalah”. Dan kalau sekarang muncul statment politiknya “Maju Untuk Menang” patut diwaspadai secara serius oleh kubu petahana.
Sebab, istilah Kuda Hitam dalam politik pilkada bagi seorang politikus, tak sebatas istilah tanpa makna, namun tetap memiliki kalkulasi politik tersendiri. Yang namanya “Senjata Rahasia” orang tak pernah tahu. Tak tertutup kemungkinan Idaman tampil sebagai kuda hitam. Maka, waspadalah…
DENDAM PARPOL
Lalu apakah ada yang namanya dendam parpol? So pasti. Paling tidak spiritnya. Dan ini merupakan energi politik bagi kubu Erman Safar dan Marfendi.
Sejumlah parpol besar, seperti Gerindra, PKS dan Golkar berkoalisi sekali gus bertekad untuk menumbangkan kekuatan kubu Ramlan. Ketiga parpol besar ini, mengusung dan mendukung pasangan Erman Safar dan Marfendi.
Tak cukup sampai di situ, empat ustaz kondang juga ikut mengantar pasangan Erman-Marfendi, yakni Abdul Somad, Jel Fathullah, Zulkifli M Ali dan Tengku Zulkarnain. Selain itu juga turut hadir tokoh politik nasional Fadli Zon dan Andre Rosiade.
Parpol yang selama ini terpuruk tak berdaya, terlebih dengan terpilihnya pasangan independen Ramlan-Irwandi pada pilkada lalu, kini seperti tersentak bangkit dengan tampilnya figur Erman Safar, pengusaha muda sukses yang berpasangan dengan Marfendi sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Bukittinggi. Erman Safar tak sebatas calon walikota, melainkan langsung didaulat petinggi Gerindra untuk jadi nakhoda DPC Gerindra Bukittinggi.
Sejumlah tokoh senior Golkar, Gerindra dan PKS Bukittinggi tentu saja merasa punya tanggung-jawab moral terhadap kebangkitan harga diri parpol. Mereka pasti tak ingin membiarkan parpol semakin kehilangan wibawa ke depan. Tak dihargai masyarakat. Tegasnya, koalisi parpol besar kali ini harus mampu menumbangkan petahana. Oleh karena itu, inti spiritnya, petahana yang maju independen jangan sampai menang untuk kedua kalinya. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi, karena “Sakitnya di sini Bung. “
Maka tak heran, koalisi parpol besar ini secara inten melakukan komunikasi politik dan manuver politik untuk kemenangan pasangan Erman dan Marfendi. Kematangan berpolitik dari para tokoh senior dipastikan, akan dengan mudah membangun komunikasi politik yang mampu menyentuh para tokoh sentral informal dalam masyarakat. Dengan sendirinya juga, akan dengan mudah membuka simpul-simpul politik masyarakat pemilih, terutama dari kalangan pemilih rasional.
Disamping itu, figur pasangan ini taat menjalankan ibadah sebagai seorang muslim. Kedua mereka, Erman dan Marfendi, jika ditemukan syalat Subuh berjama’ah di masjid, itu bukan pencitraan. Melaiankan sudah menjadi bagian kehidupan pribadi mereka yang tak lepas tuntunan syari’at.
Baik Erman maupun Marfendi, adalah figur yang cukup memahami nilai-nilai Islam. Mereka memahami sisi-sisi kebangkitan Islam yang menyentuh hampir seluruh sendi-sendi kehidupan sosial, ekonomi dan politik di tengah-tengah masyarakat. Hal ini sudah menjadi fenomena di tengah-tengah masyarakat, termasuk masyarakat Bukittinggi.
Dengan demikian, konsep peningkatan kesejahteraan masyarakat dari perspektif nilai-nilai Islam yang ditawarkan dalam visi-misi pasangan ini, kiranya cukup efektif menyentuh masyarakat religius yang terus mengalami peningkatan kualitas. Sebagai seorang pengusaha sukses, Erman tentu saja memiliki konsep strategis dan jitu menyapa masyarakat pedagang kecil dan sejumlah pedagang yang termarginalkan selama kepemimpinan Ramlan.
Pasangan Erman dan Marfendi akan menyapa masyarakat pemilih Bukittinggi dengan sentuhan nilai-nilai Islam yang sedang mengalami perkembangan di kota wisata ini. Segmen masyarakat pemilih yang agamis ini cukup banyak jumlahnya yang selama ini justeru agak terabaikan.
Mereka merindukan kepala daerah yang memberikan perhatian terhadap pembangunan aspek spiritual Islam yang lebih berorientasi kepada peningkatan kualitas amal ibadah. Kemajuan bidang kajian-kajian ilmiah Islam yang berkualitas dalam dunia dakwah serta munculnya masalah maksiat sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur perkotaan, selama ini hanya menjadi isu terpendam dan kurang mendapat perhatian di kota wisata ini.
Maka bukan tidak mungkin koalisi parpol besar ini bakal mampu merancang sedemikian rupa, mengemas isu tersebut sebagai bahan kampanye paling strategis dan pas yang amat menyentuh masyarakat pemilih sekali gus menjadi program strategis pasangan Erman Safar-Marfendi.
Jadi sekali lagi, kubu Ramlan tidak boleh lengah dengan kekuatan dua pasang calon ini. Sebab, bagaimana pun berkibarnya keperkasaan kepemimpinan Ramlan, tetap saja dibayang-bayang oleh kekuatan kuda hitam yang bisa saja melesat tak terduga. Kemudian dendam parpol besar yang selama ini terpuruk tak berdaya dalam konteks pilkada, kini bangkit dengan penuh dendam, namun tetap dalam kalkulasi politik yang matang. (*)