Debat Perdana Pilgub Terkesan Kaku dan Masih Rata-rata Air

Pengamat

Pakar Media Komunikasi UIN Imam Bonjol, Abdullah Khusairi. IST

PADANG, hantaran.co —Empat pasang calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar telah beradu ide dan gagasan dalam debat perdana yang digelar KPU Sumbar pada Senin (23/11/2020) malam. Dalam amatan akademisi, debat cenderung berjalan kaku, terlalu terpaku pada visi-misi Paslon, dan tidak optimal menyajikan perdebatan soal kebijakan.

Debat perdana Pilgub sendiri menyajikan tema seputar ekonomi, pengolahan sumber daya alam (SDA), serta lingkungan hidup, yang diperdalam dengan subtema seputar pengembangan infrastruktur, penanggulangan kemiskinan, pemerataan ekonomi, pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), ketahanan pangan, serta kelautan dan kemaritiman.

Pakar Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang, Abdullah Khusairi, menilai, debat Pilgub putaran pertama cenderung berjalan kaku dan tidak mempertontonkan gagasan-gagasan besar untuk Sumbar dari setiap Paslon. Sejauh pengamatannya, gagasan yang ditawarkan sebatas lanjutan atau lompatan kecil dari gagasan-gagasan yang telah mengapung sebelumnya.

“Empat Paslon hampir punya cara pandang yang sama dalam membangun Sumbar ke depan. Gagasannya rata-rata air. Debat cenderung berjalan kaku, dan tiga jam adalah waktu yang sangat panjang untuk perdebatan kaku. Saya rasa, KPU perlu menciptakan gaya debat baru yang lebih longgar, santai, bahkan bisa menghibur,” kata Khusairi, Senin (24/11/2020) kepada Haluan.

Model debat yang disusun KPU, kata Khusairi lagi, bahkan ikut memengaruhi cara Paslon dalam menyampaikan gagasan dan menjelaskan program. Hasilnya, keempat Paslon tampak tidak terlalu ekspresif dan eksploratif dalam menyampaikan apa yang tersimpan dan terlintas dalam pikiran masing-masing.

“Tapi ke depan saya optimis model debat kita akan berkembang, karena jika dibandingkan dengan model debat yang sudah-sudah, masih ada sedikit perbaikan. Namun kesimpulannya, debat kemarin hanya jadi cara bagi KPU untuk memperkenalkan calon dan menjelaskan program mereka ke hadapan publik,” katanya lagi.

Selain itu, Pengajar di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol itu menilai, secara gaya komunikasi dan performa keempat paslon di atas panggung, tampak cukup berhasil menyampaikan gagasan masing-masing dengan cukup baik.

Paslon nomor urut 1 Mulyadi-Ali Mukhni, dinilai Khusairi tampak menguasai materi debat dengan modal data dari pusat serta daerah. Ada pun Paslon nomor 2 Nasrul Abit-Indra Catri yang merupakan kombinasi pamong senior, punya modal data di semua sektor pembangunan yang telah mereka jalani selama ini.

“Sementara itu Paslon nomor 3 Fakhrizal-Genius Umar tampak pede dengan tawaran gagasannya, dan cukup agresif selama debat berlangsung. Lalu, Paslon nomor 4 Mahyeldi-Audy tampak cakap membagi porsi, dengan Mahyeldi memiliki data-data selama bekerja sebagai kepala daerah, dan Audy tampak sebagai konseptor yang punya data dan paham teori,” katanya lagi.

Ada pun terkait penguasan panggung, kata Khusairi lagi, memang menjadi hal yang dibutuhkan dalam berdebat. Namun, belum tentu paslon yang menguasai panggung akan dipilih masyarakat.

“Begitu pun dengan serangan argumen atau data. Belum tentu orang yang menyerang itu mendapatkan simpati publik. Bisa jadi yang diserang yang justru mendapatkan simpati. Artinya, menang di panggung bukan berarti memenangkan suara rakyat,” kata Khusairi. (*)

Riga/hantaran.co

Exit mobile version