PADANG, hantaran.co — Guru Besar Ekonomi Universitas Andalas (Unand), Prof. Syafruddin Karimi, mengaku sangat menyayangkan jalannya debat perdana Pilgub Sumbar. Sebab menurutnya, skema debat tampak kurang memberi ruang kepada para Paslon untuk mengeksplorasi lebih dalam gagasan yang dimiliki.
“Kalau saya lihat, hampir sama semua calon, ditambah moderator, semuanya terpaku dengan visi yang diserahkan Paslon, sehingga tidak terjadi debat kebijakan. Saya berharap dalam debat malam tadi, yang dibahas itu soal kebijakan ekonomi, misalnya, ekonomi berorientasi kelautan. Kemudian soal tol juga bisa perlu dibahas lebih dalam. Apakah itu perlu atau tidak bagi Sumbar,” kata Syafruddin, Selasa (24/11/2020).
Selain itu, Syafruddin menilai moderator debat tidak perlu membacakan pertanyaan yang sangat panjang. Namun, cukup menyampaikan isu atau kata kunci dari hal yang perlu diperdebatkan oleh para paslon. Hal itu mengingat durasi debat yang sangat singkat.
“Harusnya, minimal diberi waktu lima sampai sepuluh menit untuk setiap Paslon dalam menyampaikan program dan menyanggah gagasan paslon lain. Debat kemarin tidak begitu mengungkap kapasitas setiap calon. Saya percaya empat paslon ini orang-orang bagus, tapi debat ini tidak mengeksplorasi kemampuan mereka,” katanya lagi.
Lebih lanjut, Syafruddin menjelaskan bahwa pertanyaan yang berasal dari visi dan misi para calon sebagai sesuatu yang biasa. Tema perdebatan juga semestinya tidak terlalu banyak, akan tetapi bisa membahas lebih dalam beberapa isu penting seputar perekonomian Sumbar.
Terkait ide dan argumen yang disajikan dalam debat perdana Pilgub Sumbar, Syafruddin Karimi menilai keempat paslon tampak memiliki ide yang hampir sama satu sama lain, terutama untuk sektor pengembangan ekonomi Sumbar ke depan.
“Menurut saya, hasil kelautan mesti jadi hal yang harus dicarikan jalan keluarnya oleh calon gubernur. Sumbar ke depan harus mengubah orientasi ekonominya. Tidak lagi terpaku ke arah timur seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan negara ASEAN lain,” katanya lagi.
Saat ini, kata Syafruddin, adalah waktu yang tepat bagi Sumbar untuk mengubah orientasi pengembangan ekonomi tersebut ke arah barat. Oleh karena itu, Sumbar membutuhkan pemimpin yang memiliki gagasan dalam memaksimalkan potensi Pelabuhan Teluk Bayur dan Teluk Ketapang Pasaman Barat.
“Pemprov Sumbar ke depan bisa membuka peluang kerja sama ke arah sana, karena ada pasar yang besar untuk komoditas hasil kelautan yang ada di Sumbar. Bahkan, untuk komoditas daerah tentangga yang lewat Sumbar,” katanya menutup. (*)
Riga/hantaran.co