Fokus

Benarkah Kami Patriot Olahraga?

6
×

Benarkah Kami Patriot Olahraga?

Sebarkan artikel ini
KONI
Rakhmatul Akbar, Wartawan Utama/Wasekum Perbasi Sumbar. IST

Rakhmatul Akbar

Wartawan Utama/Wasekum Perbasi Sumbar

Jika dibandingkan dengan senior kami di kalangan wartawan olahraga di Sumbar, Firdaus, saya baru mendapati pelaksanaan tiga kali drama pelaksanaan Musda KONI Sumbar. Teranyar, statusnya luar biasa, Musprovlub. Keiikutsertaan saya di drama Musorprovlub ini mungkin agak sedikit dalam.

Saya masuk dalam panitia pelaksana berdasarkan SK No: 03 Tahun 2021 tentang pembentukan panitia pelaksana Musyawarah Olahraga Provinsi Luar Biasa (Musorprovlub) KONI Sumbar yang ditandatangani oleh Ketua Caretaker KONI Prov Sumbar, Mayjend TNI (Purn) Andrie T.U. Soetarno, tertanggal 29 April 2021.

Kenapa ada caretaker, karena KONI Pusat mencabut surat perpanjangan masa kepengurusan KONI Sumbar sebelumnya dan menunjuk komponen organisasi sementara yang disebut caretaker. Caretaker tugasnya hanya satu, melaksanakan Musorprovlub. Dengan keikutsertaan dalam proses suksesi tersebut, minimal menambah referensi di bidang olahraga Sumatra Barat dari yang sudah ada sebelumnya.

Pelaksanaan Musorprovlub yang mengantarkan Ketua KONI Padang, Agus “Abien” Suardi menjadi Ketum KONI Sumbar periode 2021-2025, banyak publik termasuk insan olahraga yang berharap riak-riak antar insan olahraga segera berakhir. Namun, drama–demikian istilah yang dipakai senior saya Firdaus—atas riak tersebut, ternyata belum berakhir.

Sebenarnya, saya tak ingin mengulik-ulik soal itu. Secara kapasitas saya pikir terlalu berlebihan juga untuk menanggapinya. Dan sampai hari ini, saya memang tak menanggapi riak tersebut. Tak penting!

Saya lebih tertarik untuk mengingat momen sekaligus membayangkan momentum ketika seorang Firdaus mendapati kegiatan Musorprov di mana Indomar Asri yang petahana bertarung bersama Syahrial Bakhtiar. Dalam tulisan tersebut, Firdaus terasa lugas menggambarkan situasi Musprov saat itu. Dari sekian banyak narasi, ia tampak agak dalam membahas soal drama Musprov.

Setidaknya, ada sekitar 25-30 persen narasi tulisan Firdaus membahas bagaimana drama itu terjadi pada pemilihan Ketum KONI Sumbar tahun 2009 itu.  Pada “lap” pertama Indomar Asri unggul atas Syahrial Bakhtiar. Namun, kemenangan ini disisipi tragedi hingga akhirnya berbuat “perubahan”. Lalu ada “lap” kedua hingga mengubah peta Musda. Kabarnya, saat itu situasi sangat dinamis, tapi saya tak ingin mengulik lebih dalam karena saya pikir itu sudah selesai.

Yang saya catat, proses menuju “lap” kedua tersebut. Ini bagian yang menarik menurut saya. Dari narasi yang disampaikan bang Firdaus, Indomar ternyata memilih mundur dari arena dan menolak tawaran “lap kedua”. Padahal ia sudah menang dalam proses voting, tapi tak tuntas karena ada tragedi.

Ia tampaknya tak ingin larut dalam dinamika itu. Dan dengan lantang, ia nyatakan mundur dari arena Musorprov. Terlintas dalam asumsi pikir saya, Indomar layak disebut sportif dan pantas untuk dikatakan sebagai sosok patriot olahraga.  Ia tampak tak ingin larut dengan situasi yang bisa saja chaos kalau ia masih bersikeras arang. Tapi tegas, ia memilih menepi.

Tak sampai di sana. Setelah Syahrial Bakhtiar bersama kabinetnya bertugas, nyaris tak terdengar ada gejolak yang disulut oleh “orang-orangnya” Indomar.  Dan ia tampak tak ingin “mengganggu” perjalanan Syahrial Bakhtiar untuk memimpin Sumbar memperbaiki posisinya di ajang PON Riau 2012. Hasilnya, tentu baik untuk catatan olahraga daerah ini.

Sebagai wartawan, saya belum pernah berjumpa dan bertemu dengan seorang Indomar Asri.  Tapi soal namanya, kerap singgah dalam ruang diskusi kami di komunitas olahraga di Sumbar.  Rata-rata dan sebagian besar, informasi yang singgah dalam diskusi tersebut menunjukkan siapa Indomar Asri itu. Ia orang yang baik dan itu secara eksplisit tergambar dalam tulisan yang dirilis bang Firdaus di medianya.

Lalu, apa hubungannya dengan hari ini? Dengan momentum demokrasi di lingkar orang-orang olahraga Sumbar ini? Saya masih melihat hal tersebut. Saya masih melihat semangat tersebut saat seorang Agus “Abin” Suardi terpilih secara aklamasi. Apakah ada marah dari pesaing dan pendukungnya? Masya Allah, tampaknya tidak ada.

Ada semangat sportivitas dari insan olahraga Sumbar, semangat yang tampak kembali muncul.  Para pendukung Mayjen TNI (Purn) Amril Amir tak mempolarisasi diri. Mereka saling rangkul begitu pimpinan sidang menyelesaikan tugas mereka. Tampak iklim sportivitas di sana dan jiwa-jiwa patriot usai momen demokratis itu.

Tampaknya hubungan mesra itu akan tetap berlanjut dalam sebuah wadah tempat penggodokan atlet terbaik di daerah ini. Para pentolan olahraga Sumbar itu seperti ingin berangkulan bersama menjawab tantangan prestasi di Papua pada ajang PON XX tahun 2021 ini, demi nama baik daerah.

Lalu, belakangan muncul lagi riak. Entah dari mana, tak jelas.  Tapi kalau dilihat dari latar belakangnya, riak tersebut justru tak datang dari orang-orang yang punya hak pilih pada Musorprov lalu. Karenanya, tak penting untuk ditanggapi. Yang paling penting itu adalah bagaimana menanamkan semangat juang kepada atlet dan memberi perhatian untuk mereka. (*)