Fokus

Begini Cara Mengelola Stres Saat Isolasi Mandiri Kata Psikolog

4
×

Begini Cara Mengelola Stres Saat Isolasi Mandiri Kata Psikolog

Sebarkan artikel ini
Corona
Covid-19. Ilustrasi

Kondisi pasien Covid-19 erat kaitannya dengan gejala psikomatis, atau kondisi yang memburuk sebagai akibat dari rasa cemas, khawatir, dan takut yang berlebihan. Oleh karena itu, saat terpapar Covid-19, penting untuk mengelola stres dan tetap berpikiran positif.

NAFKHATUL WAHIDAH

Psikolog

PADANG, hantaran.co — Saat dinyatakan terpapar Covid-19, pasien diharuskan untuk melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah maupun di lokasi karantina yang telah disediakan, atau jika menunjukkan gejala berat, menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu persoalan yang sering muncul saat isoman adalah timbulnya rasa jenuh hingga berujung pada stres dan depresi.

Psikolog, Nafkhatul Wahidah, mengatakan, mengelola stres memang bukanlah pekerjaan mudah. Kendati demikian, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk paling tidak mengurangi stres selama masa karantina.

Ia mengatakan, tips pengelolaan stres tersebut dapat dipetakan berdasarkan golongan usia. Pertama, untuk usia remaja, bisa membuat daily plan for mental health (daftar rencana harian untuk menjaga kesehatan mental) saat isoman. Pasien positif Covid-19 yang sedang menjalani isolasi juga sangat dianjurkan melakukan relaksasi berupa meditasi atau latihan pernafasan.

“Contohnya dengan membuat jadwal harian. Misal, pagi hari melakukan olahraga atau aktivitas fisik, lalu siang harinya membaca buku atau hal lainnya. Selain itu, sangat penting untuk membatasi membaca berita negatif atau hoaks, apalagi berita duka yang akan memicu rasa cemas,” tuturnya kepada Haluan, Jumat (16/7/2021).

Ia menambahkan, biasanya ada platform psikologi dan konseling gratis secara virtual bagi remaja. Psikolog juga bisa memandu relaksasi pernafasan jarak jauh agar pasien lebih tenang saat isoman.

Kedua, bagi pasien yang sudah berumur, selain meningkatkan religiositas, isoman juga bisa diisi dengan mengikuti webinar yang pembicaranya terdiri dari para pakar, seperti dokter dan psikolog senior, agar informasi yang diterima bisa diperoleh langsung dari ahlinya.

Nafkhatul mengatakan, mengontrol pikiran positif adalah kuncinya. Hal itu karena kondisi pasien yang terpapar Covid-19 bisa dipengaruhi berbagai macam hal. Kondisi pasien Covid-19 kategori ringan biasanya erat kaitannya dengan psikosomatis.

“Atau bahasa awamnya permainan pikiran. Akibat cemas, khawatir, dan rasa takut yang berlebihan, jadinya dirasa-rasakan, yang akhirnya membuat kondisi drop. Di samping itu, mendengar paparan hal positif dari orang yang positif, setidaknya cukup berpengaruh dalam meredakan stres pasien,” ujarnya.

Lebih jauh, Nafkhatul juga bercerita, beberapa waktu lalu kedua orang tuanya yang juga tenaga kesehatan (nakes) di Kota Payakumbuh sempat dinyatakan positif Covid-19. Awalnya, dua orang nakes ditempat kedua orang tuanya bekerja dinyatakan positif Covid-19, sehingga seluruh nakes diwajibkan menjalani tes swab.

“Sebelum hasil tes swab keluar, Mama tidak meraskan gejala apapun, penciuman pun tidak hilang. Namun saat keluar hasil positif, langsung ada rasa cemas, mulai pegal-pegal, dan gejala lainnya,” ujar Nafkhatul.

Orang tuanya yang cemas kemudian sempat mencari segala macam obat herbal. Segala macam daun-daunan yang dipercaya dapat menangkal Covid-19 dikonsumsi. Saat itu, Nafkhatul menyarankan agar orang tuanya mengontrol pikiran mereka dan menghindari paparan berita-berita negatif yang bisa menjadi kabar buruk. Kalau memang tidak ada gejala, ia meminta orang tuanya untuk tetap santai, sembari tetap sadar diri, memperkuat imun, dan mengasingkan diri dari lingkungan sekitar agar tidak menjadi penular.

Alhamdulillah, sampai sekarang sekeluarga masih sehat-sehat. Akhirnya, kedua orang tua saya dinyatakan sembuh. Meskipun begitu, tetap kami sekeluarga memakai masker selama di rumah. Intinya, tidak dibuat drama-drama yang bisa memengaruhi pikiran,” ujarnya.

Nafkhatul menambahkan, selama orang tuanya dinyatakan positif, ia selalu mencari-cari webinar yang menurutnya kredibel dan diikuti seluruh anggota keluarga. Menurutnya, dengan mengikuti webinar-webinar yang diisi oleh ahlinya, akan membuat pasien Covid-19 lebih tenang. Di samping itu, ada sudut pandang baru mengenai Covid-19.

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumbar, dr. Pom Harry Satria, mengatakan, yang terpenting saat isoman adalah lingkungan rumah pasien bukan merupakan lingkungan yang akan menularkan kepada anggota keluarga yang lain.

“Kalau beresiko disarankan lebih bagus di tempat isolasi yang disediakan pemerintah. Menyikapi kondisi kasus yang mulai meningkat hari-hari terakhir, IDI juga mendorong pemerintah untuk mendirikan tempat-tempat isolasi yang representatif,” tutur dr. Pom, Kamis (15/7/2021).

Selain itu, saat pasien menjalani isoman, menurutnya, sangat penting mengelola stres. Hal itu dengan kembali ke nilai-nilai ibadah dan menentukan strategi manajemen stres. Tidak kalah penting, saat isolasi mandiri hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah  pasien harus istirahat yang cukup.

“Seperti dengan berolahraga serta melaksanakan pola hidup sehat dan asupan makanan sehat yang cukup ditambah vitamin. Sederhana saja sebenarnya,” ujarnya.

Pasien juga diminta tetap terbuka untuk berkomunikasi ketika ada keluhan. Sehingga saat memerlukan perawatan, pasien tidak dalam keadaan panik. Ia menegaskan, semua pihak perlu bahu-membahu dalam peran masing-masing menuntaskan pandemi Covid-19 ini.

Terpisah, Ranni Rahayu (25) pegawai swasta yang dinyatakan positif Covid-19 menceritakan sedikit pengalamannya saat menjalani isoman. Ia bersama suami, dinyatakan positif Covid-19 minggu lalu. “Saat swab yang terakhir itu, hasilnya positif. Kami hanya bilang kepada keluarga, akhirnya dapat giliran juga,” ujarnya.

Ia berusaha tetap tenang sembari memastikan asupannya telah memenuhi. Dukungan dari keluarga, kata Ranni, sangat membantunya untuk segera pulih. Meski keluarganya hanya bisa mengirimkan makanan dan vitamin dari jauh, namun menurutnya itu sudah sangat berpengaruh.

Ia bersama suami saling menguatkan selama isoman di rumah. “Di rumah kami selalu memakai masker. Terus suami juga sering lucu-lucuan, biar tidak stres,” tuturnya.

Hal lain disampaikan Yuni (26). Saat dinyatakan positif Covid-19, ia mulai mengintrospeksi dan memperbaiki pola hidup. Pecinta kopi ini mulai beralih ke makanan sehat dan mengganti kopi degan susu.

“Dulu tiap hari selalu minum kopi, di tempat biasa nongkrong dengan teman-teman. Sekarang mulai berpikir sih, terpaparnya di mana, terus agar tidak drop saya mulai memperbaiki pola makan. Mulai rajin makan buah dan minum susu,” ujarnya.

Ia mengakui kondisi saat menjalani karantina cukup berpengaruh terhadap kondisi mentalnya. Hal itu karena Yuni yang biasanya aktif, beralih menjalani rutinitas di tempat isolasi.

“Pesannya kepada masyarakat lainnya, sebisa mungkin jaga kesehatan. Kalau tidak terlalu penting, ikuti anjuran pemerintah untuk di rumah saja. Yang penting kita jaga kesehatan dulu,” ucapnya. (*)

Yesi/hantaran.co