hantaran.co – Hingga kini persoalan kelangkaan minyak goreng dipasaran masih jadi polemik ditengah-tengah masyarakat, khususnya kaum Ibu-ibu. Namun hal baru kembali muncul di Indonesia, yakni terkait kelangkaan Solar disejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Di berbagai daerah, misalnya di Sumatera Barat (Sumbar), bahan bakar minyak (BBM) jenis solar kini mulai susah ditemukan. Antrean panjang hingga berjam-jam untuk mendapatkan Solar di SPBU kini jadi pemandangan yang lazim oleh masyarakat.
Pantauan dilapangan, kelangkaan Solar pun sebenarnya sudah terjadi sejak beberapa pekan terakhir. Bahkan di Sumbar kelangkaan BBM jenis Solar ini sudah terjadi sejak berbulan-bulan.
Untuk mendapatkan pasokan Solar, para supir truk harus rela berkeliling mencari SPBU yang masih memiliki stok tersebut. Tak jarang pula dari mereka terpaksa membeli Solar kepada pengecer yang menjualnya di jalanan.
“Ya, daripada lama mengantre, Bang. Terpaksa saya beli ditepi jalan saja. Solar sekarang susah (Solar langka),” kata Ujang (42) salah seorang supir truk asal Kabupaten Pesisir Selatan.
Ia menyebut, Solar mengalami kelangkaan sejak beberapa pekan terakhir. Meski dekat dengan pusat pemerintahan, sejumlah SPBU di Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan banyak terlihat pengendara truk yang rela mengantre demi mendapatkan BBM jenis Solar tersebut.
Sementara itu, Baron (nama samaran) salah seorang petugas SPBU di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan menjelaskan, kondisi tersebut dikarenakan seiring meningkatnya permintaan dari sejumlah pengendara, sehingga stok Solar menjadi cepat habis.
“Sebenarnya ada, Bang. Tapi solar ini banyak peminatnya, jadinya cepat habis,” ujarnya.
Ia mengaku, akibat tingginya permintaan, kini SPBU di wilayahnya sering kehabisan stok Solar. Sebab, bahan bakar jenis Solar tersebut memang banyak dicari oleh masyarakat.
“Sekali masuk mobilnya (pengangkut Solar) langsung diserbu. Sampai-sampai antrean panjang tak terelakkan,” ucapnya lagi.
Sementara itu dikutip dari Antara, sejumlah warga Kota Palembang, Sumatera Selatan, meminta pengelola SPBU menyiapkan petugas untuk mengatur kendaraan pembeli Solar yang antre hingga ke jalan utama.
Sejumlah warga mengeluhkan antrean kendaraan bermotor berbahan bakar minyak jenis Solar akhir-akhir ini kerap mengganggu. Kendaraan tersebut terlihat tidak teratur, dan menumpuk dua jalur di pintu masuk SPBU hingga ke jalan protokol dan mengakibatkan gangguan kelancaran arus lalu lintas.
Ali Yunus (48), salah seorang pengendara di Palembang menyebut, dalam sepekan terakhir Solar bersubsidi di daerah itu terjadi kelangkaan. Terlihat mobil truk dan pribadi antre hingga ke jalan raya persis di depan pintu masuk Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Khadijah.
“Kami minta pengelola SPBU jangan hanya fokus menyiapkan petugas untuk melakukan penjualan BBM saja. Mereka juga harus mengatur kendaraan pelanggan yang antrean panjang hingga ke jalan raya,” ujarnya kesal.
Sementara pada 2022, BPH Migas telah menugaskan PT Pertamina Patra Niaga dan PT AKR Corporindo untuk menyalurkan 15,1 juta kiloliter minyak Solar. Penetapan kuota itu telah mempertimbangkan kebutuhan masyarakat serta kemampuan keuangan negara.
Apabila terjadi peningkatan kebutuhan atau gangguan distribusi di suatu daerah, maka Pertamina Patra Niaga dan AKR Corporindo dapat melakukan penyesuaian kuota antar penyalur di daerah yang sama sepanjang tidak mempengaruhi jumlah total kuota daerah tersebut.
Dalam perubahan kuota suatu daerah, Pertamina wajib melaporkan kepada BPH Migas paling lambat satu bulan setelah perubahan agar penyaluran tepat sasaran, sehingga kuota jenis BBM tertentu bisa dikonsumsi oleh masyarakat yang berhak menerimanya.
Ibu-ibu Antre Minyak Goreng
Menariknya lagi, jika Bapak-bapak banyak mengantre Solar, maka kaum Ibu-ibu turut mengantre demi mendapatkan minyak goreng. Padahal, minyak goreng kemasan sendiri sejatinya sudah melimpah. Namun, harganya tetap saja melambung tinggi disejumlah pasaran.
Antrean untuk mendapatkan minyak goreng masih jadi pemandangan yang lazim ditemui di berbagai daerah Indonesia, bedanya kini para ibu mengantre minyak goreng curah yang disubsidi seharga Rp14.000 per liter.
Seperti yang terjadi di Rembang, Jawa Tengah. Mahalnya harga minyak goreng kemasan membuat warga menyerbu minyak goreng curah.
Ratusan warga terlihat mengantre berjam-jam untuk mendapatkan minyak goreng curah seharga Rp14 ribu per liternya. Agar seluruh warga yang antri bisa mendapatkan pasokan minyak goreng, pihak agen membatasi pembelian maksimal 18 liter.
Antrean warga yang berburu minyak goreng murah juga terlihat di Yogyakarta. Bahkan, sejumlah aparat polisi harus berjibaku mengatur antrean warga tersebut, khususnya kaum Ibu-ibu. Kondisi tersebut dikarenakan tak ada syarat khusus bagi para pembeli minyak goreng curah saat itu, hanya saja jumlah pembelian dibatasi sebanyak 5 liter per orang.
hantaran/rel