Ia menambahkan, keterbatasan sensor pemantau, minimnya cadangan energi, dan tidak stabilnya jaringan komunikasi di lapangan juga turut membuat peringatan dini tidak mampu diterjemahkan menjadi aksi cepat.
Untuk pemulihan jangka panjang, ia menilai perlunya rekonstruksi berbasis ketahanan wilayah. Alur sungai di sejumlah daerah telah berubah sehingga relokasi permukiman di zona merah menjadi keharusan.
“Air selalu mencari tempat yang rendah. Ini harus diperhitungkan dalam rekonstruksi. Selain membangun kembali, perilaku manusia yang merusak hutan harus dihentikan,” kata Eri.






