Padang, hantaran.Co–Rentetan bencana alam yang melanda Sumatera Barat (Sumbar) sepanjang pekan lalu masih menyisakan pilu mendalam. Hingga Minggu (30/11/2025), dilaporkan setidaknya 148 jiwa melayang dan 86 orang masih dinyatakan hilang.
Juru Bicara (Jubir) Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Ilham Wahab menyatakan, dari total jumlah korban meninggal dunia, sebanyak 126 orang telah berhasil teridentifikasi. Sementara 22 korban lainnya masih belum teridentifikasi dan tengah menjalani proses pendataan lebih lanjut.
Upaya pencarian juga masih difokuskan pada 86 orang yang dinyatakan hilang. Kondisi geografis yang sulit, longsoran material, serta cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan besar bagi para petugas di lapangan.
“Pemerintah daerah (pemda) telah menetapkan status tanggap darurat dan mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah rawan untuk tetap waspada. Bantuan logistik dan medis terus disalurkan kepada para korban terdampak di sejumlah titik pengungsian,” katanya.
Ia menyampaikan, proses evakuasi dan identifikasi diperkirakan masih berlangsung dalam beberapa hari ke depan, mengingat luasnya area terdampak dan banyaknya laporan warga yang masih mencari anggota keluarga mereka.
Di sisi lain, tercatat sebanyak 16 kabupaten/kota dan 28 kecamatan tercatat terdampak banjir, longsor, serta aliran galodo yang terjadi beberapa hari terakhir. Berdasarkan data Dashboard Kebencanaan Sumbar, sebanayak 85.049 jiwa mengungsi dan 59.021 jiwa tercatat sebagai penduduk terdampak langsung bencana di berbagai titik lokasi bencana alam di Sumbar. Diperkirakan kerugian materil akibat bencana ini akan terus bertambah seiring pendataan lanjutan di lapangan.
“Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar memastikan bahwa proses pemulihan di seluruh wilayah terdampak terus berjalan dan akan diperbarui secara berkala melalui Dashboard Kebencanaan. Selain itu, kami juga mengajak seluruh warga untuk tetap optimis dan bersama-sama memperkuat pemulihan daerah, sehingga aktivitas masyarakat dapat kembali pulih,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Susmelawati Rosya menyampaikan, hingga Minggu (30/11) sore, total 5.236 personel gabungan telah dikerahkan ke seluruh titik bencana untuk mempercepat pencarian korban, evakuasi, identifikasi jenazah, dan mendukung distribusi logistik di daerah yang masih terisolasi.
“Ini adalah pengerahan personel terbesar dalam penanganan bencana di Sumbar tahun ini. Semua kekuatan kami kerahkan untuk memastikan penanganan berjalan cepat dan terkoordinasi,” ujar Susmelawati.
Dengan total 5.236 personel, fokus utama berada pada pencarian korban hilang, pembersihan jalur vital, serta percepatan identifikasi korban oleh Tim DVI. Tim gabungan TNI/Polri, Basarnas, BPBD, dan relawan juga terus menyisir lokasi-lokasi sulit dengan dukungan alat berat dan perahu SAR.
“Kondisi cuaca yang tidak menentu membuat operasi pencarian harus dilakukan dengan pengawasan ketat dan penuh kehati-hatian,” ucapnya.
Dengan ribuan personel dikerahkan, belasan wilayah terdampak, dan medan pencarian yang ekstrem, Sumbar kini tengah menjalani operasi kemanusiaan terbesar yang pernah dilakukan sepanjang 2025.
“Situasinya berat, tapi seluruh personel bergerak tanpa henti. Kami mengerahkan seluruh kemampuan agar semua korban dapat ditemukan dan bantuan segera sampai ke masyarakat,” tuturnya.
16 Ruas Jalan Provinsi Lumpuh
Selain korban jiwa, bencana yang melanda juga menyebabkan kerusakan infrastruktur. Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (BMCKTR) Sumbar mencatat, sedikitnya 16 ruas jalan provinsi mengalami kerusakan akibat rangkaian bencana hidrometeorologi yang melanda sejak 21 November 2025.
Kepala Dinas BMCKTR Sumbar, Armizoprades menyebut, total terdapat 54 titik kerusakan yang tersebar di sejumlah jalur vital, mulai dari badan jalan yang amblas, bahu jalan yang terban, material longsor yang menimbun badan jalan, jembatan rusak berat, hingga ruas yang tertutup pohon tumbang.
“Skala kerusakannya besar dan berdampak langsung pada pergerakan warga serta distribusi bantuan. Tim terus bergerak di seluruh wilayah terdampak, terutama untuk membuka jalur evakuasi dan logistik,” ujar Armizoprades, Minggu (30/11).
Berdasarkan pemetaan sementara, 54 titik permasalahan terdiri dari badan jalan amblas, bahu jalan terban, longsoran besar yang mengisolasi akses, jembatan yang mengalami kerusakan struktural, dan beberapa ruas yang ditutup pohon tumbang akibat angin kencang dan derasnya aliran air.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas BMCKTR Sumbar, Adratus Setiawan menambahkan, hingga saat ini pendataan di lapangan masih berlangsung, namun laporan sementara menunjukkan adanya 16 ruas jalan provinsi yang terdampak.
Di antaranya ruas Mangopoh–Padang Luar, Panti–Simpang Empat, batas Payakumbuh–Suliki–Koto Tinggi, Pangkalan Koto Baru–Sialang–Gelugur, Palupuah–Pua Gadih–Koto Tinggi, Simpang Koto Mambang–Balingka, Matur–Palambayan, dan Palambayan–Palupuh.
Kemudian, Simpang Gantiang Payo–Sumani, Pintu Angin–Labuah Saiyo, Sijunjuang–Tanah Badantuang, Guguak Cino–Sitangkai, Teluk Bayur–Nipah–Purus, Teluk Kabung–Mandeh–Tarusan, Lubuak Sikapiang–Talu, dan ruas Lubuk Basung–Sungai Limau.
“Data ini masih bersifat sementara. Banyak daerah masih sulit diakses dan beberapa jalur belum bisa didokumentasikan sepenuhnya karena kondisi di lapangan dinamis,” kata Adratus.
Ia menegaskan bahwa sesuai arahan Gubernur Sumbar, prioritas utama saat ini adalah membuka akses di seluruh jalur evakuasi dan jalur pendistribusian bantuan. Upaya percepatan dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur, mulai dari pemerintah pusat hingga daerah, serta dukungan TNI/Polri, relawan, dan masyarakat setempat.
“Ini bukan sekadar perbaikan infrastruktur. Ini adalah kerja kemanusiaan. Setiap jalur yang terbuka kembali adalah nyawa, bantuan, dan harapan yang bisa segera sampai kepada warga terdampak,” ujar Adratus.







