rekrutmen
BeritaEkonomi

DISKUSI RISAU TENTANG SUMBAR (I), Sejak Orba-2017 Ekonomi Sumbar Hebat

0
×

DISKUSI RISAU TENTANG SUMBAR (I), Sejak Orba-2017 Ekonomi Sumbar Hebat

Sebarkan artikel ini
risau

Pengantar :

Sumatera Barat (Sumbar) hari ini merisaukan. Tak hanya karena mendung, hujan dan longsor, tapi lebih dari itu. Sumbar ‘tercecer’. Pertumbuhan ekonomi melambat. Pembangunan nyaris mandeg. Diskusi lintas tokoh di sebuah ruang khusus Café Dari Sini, Pasar Baru, Pauh, Kota Padang awal pekan ini, mencoba mengungkap data, latar dan menawarkan solusi penawar risau. Berikut catatannya.

**

“Kita bertemu karena risau. Risau dan prihatin melihat daerah kita. Pertumbuhan ekonomi terus melambat, pembangunan nyaris tak bergerak. Apalagi tahun depan dana transfer turun, tentu kian menyulitkan. Apa sesungguhnya yang terjadi, dan apa alternatif solusi yang bisa kita tawarkan,” kata Musliar Kasim, membuka diskusi di sore Senin (24/11/2025).

Diskusi santai masalah serius itu dihadiri Gamawan Fauzi (mantan Mendagri dan mantan Gubernur Sumbar), Musliar Kasim (mantan Rektor Unand dan Wakil Menteri Pendidikan),  Wery Darta Tayfur (mantan Rektor Unand/Guru Besar Ekonomi Unand), Dasril Nuha (perantau Minang), Fajri Muharja (Ketua Lembaga Penelitian Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unand), dan Buya Guzrizal Gazahar (Ketua MUI Sumbar/Wakil Ketua MUI Pusat). Dari pers hadir Hasril Chaniago (Tokoh Pers dan Budayawan), Zul Effendi (Ahli Pers Dewan Pers/Ketua Dewan Kehormatan PWI Sumbar), Two Efly (Tokoh Pers dan Sekretaris SPS Sumbar) dan Hendra Makmur (Ahli Pers Dewan Pers/Ketua Majelis Pertimbangan AJI).

Semula diskusi ini juga akan diikuti Medi Iswandi (Mantan Kepala Bappeda Sumbar dan saat ini Asisten III Setdaprov Sumbar), namun sayang Medi batal hadir karena harus mendampingi gubernur pada giat lainnya.

Diskusi diawali dengan hantaran ringan oleh Musliar Kasim. Dalam hantarannya, Rektor Universitas Baiturahmah, ini mengambarkan kondisi Sumbar secara normatif sebelum guru besar, peneliti dan wartawan ekonomi memaparkan data kekinian ekonomi Sumbar. Hantaran ringan Musliar Kasim, langsung disambut dan ditanggapi peserta sehingga diskusi langsung hangat dan menajam dari awal dibuka.

Fajri Muharja selaku peneliti secara runut dan runtut memaparkan data dari zaman Orde Baru sampai Kuartal III tahun 2025. Grafik pertumbuhan ekonomi Sumbar yang meliuk liuk bak jalan Sitinjau Lauik dan setelah itu menurun panjang bak penurunan panorama dua ke panorama satu terlihat dengan jelas. Semua peserta diskusi terpurangah dan menarik nafas.

Seperti apa data ekonomi Sumbar itu? Berikut jabarannya. Semenjak Orde Baru hingga tahun 2017 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar hebat, tidak pernah berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Malahan di beberapa momentum ada deviasi yang cukup jauh. Maksudnya Pertumbuhan Ekonomi Sumbar jauh berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Di era tahun 90-an merupakan capaian tertinggi. Tahun 1995 tercatat Pertumbuhan Ekonomi Sumbar diangka 8,93 persen sedang Pertumbuhan Ekonomi nasional 8,22 persen. Tahun 1996 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar 7,83 persen dan nasional 7,82 persen. Tahun 1997 tercatat 5,40 persen sedangkan nasional 4,70 persen. Tahun 1988 sempat kontraktif dipicu krisis monoter dan reformasi. Pertumbuhan anjlok ke  minus 6,48 persen namun masih berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional diangka minus 13,13 persen.

Di tahun 2000-2005, Pertumbuhan Ekonomi tercatat stabil dan selalu berada di atas Pertumbuhan Ekonomi nasional. Pertumbuhan terendah terpantau pada tahun 2000 dengan capaian 3,64 persen. Diawal tahun ini juga ditandai mulai diberlakukannya Otonomi Daerah sehingga pola kerja pemerintah membutuhkan penyesuaian. “Adjusment” ini berlangsung cepat dan eknonomi kembali bisa tumbuh di atas 5 persen pada tahun berikutnya. Pertumbuhan Ekonomi tertinggi tercatat tahun 2005 dengan capaian 5,73 persen dan di atas Pertumbuhan Ekonomi nasional.

Lima tahun setelah itu. 2005-2010, Ekonomi Sumbar tumbuh stabil dan relatif tinggi serta berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan angka 6,88 persen dan berada jauh di atas Pertumbuhan Ekonomi nasional. Sementara capaian terendah tercatat tahun 2006 dengan angka 6,14 persen dan tetap berada di atas Pertumbuhan Ekonomi nasional.

Periode 2005-2008 adalah masa emas Pertumbuhan Ekonomi Sumbar. Data mencatat tiga tahun berturut turut pertumbuhan ekonomi Sumbar berada diatas 6 persen. Masa emas ini terhenti akibat bencana alam (Gempa 30 Setember 2009). Tahun 2009 itu Pertumbuhan Ekonomi turun menjadi 4,28 persen dan bangkit menjadi 5,60 persen ditahun 2010.

Lima tahun setelah itu Ekonomi Sumbar masih bertumbuh. Beban berat untuk melaksanakan pembangunan fisik rehab dan rekon pasca gempa 2009 membuat ekonomi bergerak pesat. Pertumbuhan tertinggi tercatat tahun 2011 dengan capaian 6,34 persen dan juga berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan terendah ditahun 2015 dengan capaian 5,53 persen dan tetap berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Lima tahun berikutnya, Ekonomi Sumbar masih berada diatas pertumbuhan nasional. Dominasi itu berlangsung sampai tahun 2017 dengan pertumbuhan 5,29 persen. Pada tahun 2018 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar mulai berbalik. Dominasi berpuluh tahun berbalik arah. Tahun 2018 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar tercatat 5,14 persen sementara Pertumbuhan Ekonomi nasional 5,17 persen. Pertumbuhan Ekonomi Sumbar dan nasional sama sama menurun tahun 2018 tersebut.

Pencaian terendah itu terjadi pada tahun 2020. Saat itu dunia dilanda krisis kesehatan. Bencana Covid mendera global. Ekonomi dunia ambruk dan tumbuh minus. Sumbar ditahun  2020 itu tumbuh minus 1,6 persen. Meskipun minus Sumbar tetap lebih baik dan bagus dibanding nasional yang tumbuh minis diangka 2,07 persen. Artinya, walau didera bencana global, ekonomi Sumbar lebih baik tumbuhnya dibanding ekonomi nasional ataupun provinsi lain di Sumatera.

Perlambatan dan tak kunjung bangkit justru terpantau pada tahun 2020-2024. Pasca turbulensi tahun 2020, ekonomi Sumbar tumbuh tertatih-tatih. Tahun 2021 tercatat 3,29 persen dan kembali di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2022 tercapai 4,36 persen dan tetap di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Tahun 2023 tercapai 4,62 persen dan juga di bawah pertumbuhan nasional. Tahun  2024 tercapai 4,36 persen dan tetap di bawah pertumbuhan ekonomi nasional.

Di tahun 2025 turun lebih berat lagi. Q1/2025 pertumbuhan ekonomi Sumbar 4,46 persen. Relatif bagus pertumbuhan karena terkatrol sektor konsumsi (Ramadan dan Idul Fitri). Meski tumbuh lebih baik, capaian sumbar tetap di bawah capaian nasional.

Pada Q2/2025 Pertumbuhan Ekonomi Sumbar mulai menukik. Q2/2025 tercatat ekonomi Sumbar tumbuh 3,94 persen. Dalam periode itu Sumbar masuk 10 besar pencapaian ekonomi terendah di Indonesia. Dalam cluster itu Sumbar sejajar dengan Papua Raya, Bangka Belitung dan NTB.

Memasuki Q3/2025 kondisinya kian parah. Q3/2025 Sumbar kian terpuruk. Pada periode itu Sumbar menempati posisi ke 34 dari 38 provinsi terendah Pertumbuhan Ekonomi. Beberapa provinsi pemekaran di Papua mulai meninggalkan Sumbar. Terpuruk di zona bawah berbanding terbalik dengan capaian inflasinya. Jika dari sisi Pertumbuhan Ekonomi Sumbar 5 besar terbawah sebaiknya dari sisi inflasi Sumbar berasa pada peringkat 5 besar tertinggi di Indonesia.*(ze/bersambung).