rekrutmen
Opini

Efisiensi: Menaklukkan Tantangan Menuju Kejayaan Kota Pariaman

0
×

Efisiensi: Menaklukkan Tantangan Menuju Kejayaan Kota Pariaman

Sebarkan artikel ini
Tantangan

Dalam perjalanan kehidupan, kesulitan bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan tantangan yang harus ditaklukkan. Dua teori penting dalam psikologi, yaitu teori resiliensi dan teori coping, memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana individu maupun kelompok dapat bertahan dan bangkit dari berbagai tekanan hidup.

Teori resiliensi mengajarkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk beradaptasi, bertahan, dan bangkit dari keterpurukan. Resiliensi bukan sekadar bertahan, tetapi juga tumbuh lebih kuat setelah menghadapi kesulitan. Sementara itu, teori coping berfokus pada strategi atau cara seseorang dalam mengelola stres dan tekanan. Coping dapat bersifat problem-focused (berorientasi pada solusi) maupun emotion-focused (berorientasi pada pengendalian emosi). Kedua teori ini menegaskan bahwa manusia memiliki potensi besar untuk keluar dari kesulitan dengan kekuatan pikiran dan tindakan yang positif.

Sebagai Wali Kota Pariaman, saya meyakini bahwa kesulitan adalah bagian dari proses menuju kejayaan. Keadaan yang kita hadapi hari ini bukanlah akhir dari segalanya, melainkan batu loncatan untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Saya tetap optimis bahwa perubahan akan terjadi apabila kita semua mau berusaha, bekerja keras, dan memanfaatkan segala daya serta upaya untuk keluar dari zona nyaman.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah nasib mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Ayat ini menegaskan bahwa perubahan nasib bergantung pada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri. Jika kita tidak berdaya dan berupaya, maka takdir pun tidak akan berubah. Ini adalah janji Sang Pencipta kepada umat manusia bahwa kerja keras dan niat baik tidak akan pernah sia-sia.

Kita juga tidak bisa menutup mata terhadap kebijakan efisiensi nasional yang telah dijalankan oleh Presiden Prabowo Subianto sejak awal masa pemerintahannya. Langkah-langkah efisiensi ini telah membawa banyak perubahan dalam tatanan dan tata kelola pemerintahan, termasuk di tingkat daerah seperti Kota Pariaman. Tahun ini saja, dana Transfer ke Daerah (TKD) telah dikurangi sebesar Rp72 miliar, dan pada tahun 2026 akan berkurang lagi sebesar Rp92 miliar. Bagi Kota Pariaman yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar Rp58 miliar per tahun, kebijakan ini tentu menjadi tantangan besar. Bahkan, proyeksi menunjukkan defisit sebesar Rp62 miliar pada tahun 2026. Pendapatan sebesar Rp558 miliar sedangkan belanja sebesar Rp620 miliar pada tahun 2026 mendatang.

Namun demikian, saya memilih untuk menerima kenyataan ini dengan sikap resiliensi dan semangat coping yang kuat. Kita tidak boleh larut dalam keluhan, melainkan harus segera mencari solusi agar kondisi keuangan daerah tidak semakin memburuk. Tantangan seperti bak pepatah Minang mengatakan, “Sayang ka anak dipatangih”, yang bermakna bahwa teguran atau kebijakan tegas merupakan bentuk kasih sayang. Saya menilai kebijakan efisiensi ini sebagai wujud perhatian pemerintah pusat agar daerah lebih bijak dan efisien dalam mengelola keuangan.

Pemerintah daerah harus selektif dan fokus dalam menetapkan prioritas pembangunan sesuai visi dan misi daerah. Setiap rupiah anggaran harus diarahkan pada kegiatan yang berdampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Akhirnya, kita berharap bahwa pemerintah pusat dapat mempertimbangkan kembali penambahan alokasi TKD pada tahun-tahun mendatang, khususnya bagi daerah yang dinilai benar-benar membutuhkan. Dengan semangat resiliensi, kerja keras, dan kolaborasi yang solid antara pemerintah pusat dan daerah, saya yakin Kota Pariaman akan mampu bangkit dan menjadi kota yang maju, mandiri, dan sejahtera.

Oleh: Yota Balad Wali Kota Pariaman