Sawahlunto, haluan.Co–PT Bukit Asam (PTBA) memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat di Kota Sawahlunto Sumatera Barat melalui penyerahan 3.500 batang bibit cabai kepada kelompok Tani Jaya di Kecamatan Barangin.
General Manager PTBA Unit Pertambangan Ombilin Yulfaizon mengungkapkan, program ini menjadi bagian dari sinergi antara perusahaan dan pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pertanian hortikultura di kawasan pascatambang.
“Ini tidak hanya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), tetapi juga komitmen PTBA untuk terus memberi arti bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” ujarnya,” Senin (24/11/2025).
Selain bantuan bibit cabai, PTBA juga memberikan pendampingan teknis melalui kerja sama dengan penyuluh pertanian agar petani memperoleh edukasi dan kompetensi budidaya cabai yang efisien, produktif, dan berorientasi hasil.
Ketua Kelompok Tani Jaya Bambang Eryadi mengatakan bantuan tersebut sangat membantu kelompoknya dalam mengurangi beban biaya modal produksi di tengah fluktuasi harga dan dampak kemarau panjang yang melanda beberapa bulan terakhir.
“Bantuan ini datang di saat yang tepat. Selain bibit, kami juga mendapat pendampingan dari penyuluh pertanian yang membantu memahami cara pemupukan, pengendalian hama, dan perawatan tanaman cabai,” katanya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Sawahlunto Henni Purwaningsih menjelaskan pengembangan tanaman cabai merupakan bagian dari strategi diversifikasi pertanian daerah untuk mengoptimalkan lahan tadah hujan dan kawasan berbukit yang kurang cocok untuk tanaman padi.
“Cabai menjadi pilihan strategis karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Dukungan dari PTBA memperkuat upaya kita menjaga produktivitas pangan lokal,” kata Henni.
Henni menilai, penyuluh pertanian berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada petani mulai dari pemilihan bibit hingga penanganan pascapanen, serta mendorong kelompok tani agar mampu mengakses pasar dengan lebih baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat dan Direktorat Hortikultura Kementerian Pertanian, produksi cabai besar dan rawit di provinsi itu menurun sekitar 7,3 persen pada triwulan II 2025 akibat musim kering yang berlangsung sejak April hingga Agustus.
Namun, pada awal triwulan III, curah hujan yang mulai meningkat diperkirakan mendorong pemulihan produksi hingga 10–12 persen, termasuk di daerah penghasil seperti Sawahlunto dan Tanah Datar.
Kondisi tersebut juga berdampak pada fluktuasi harga. Harga cabai merah di Sumbar naik 54,50 persen (month to month) pada September 2025 dan menjadi penyumbang utama inflasi provinsi sebesar 4,22 persen.
“Dengan masuknya musim hujan dan dimulainya kembali aktivitas tanam, pemanfaatan pupuk dan bibit subsidi bisa optimal sesuai Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK),” kata Henni.
Wali Kota Sawahlunto Riyanda Putra menyampaikan apresiasi terhadap sinergi antara PTBA dan kelompok tani yang dinilai memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
“Kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat seperti ini adalah model pembangunan yang kita dorong. Ketahanan pangan bukan hanya tentang produksi, tapi juga kemandirian ekonomi masyarakat,” jelas Riyanda.
Ia menambahkan, langkah tersebut sejalan dengan visi Astacita Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan kemandirian pangan nasional dan penguatan ekonomi rakyat berbasis potensi lokal sebagai prioritas pembangunan nasional.
Pemko Sawahlunto, sambungnya, juga memperkuat pelatihan, pendampingan wirausaha tani, dan integrasi akses pasar hasil hortikultura agar memberikan dampak lebih luas bagi masyarakat.
“Dengan pengawasan berkelanjutan dan dukungan lintas sektor, Sawahlunto diharapkan menjadi salah satu model kota pascatambang yang produktif dan tangguh, di mana industri dan masyarakat tumbuh bersama dalam harmoni sosial, ekonomi, dan lingkungan,” tutup Riyanda.








