rekrutmen
Sumbar

Sumbar Tetapkan Status Siaga Bencana

0
×

Sumbar Tetapkan Status Siaga Bencana

Sebarkan artikel ini
Bencana

Padang, hantaran.Co–Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) resmi menetapkan status siaga bencana, menyusul sejumlah bencana hidrometeorologi, mulai dari banjir, longsor, hingga angin kencang, yang melanda beberapa kabupaten/kota dalam beberapa hari terakhir.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar mencatat, hingga Senin (24/11/2025), dilaporkan ada sebanyak tujuh kabupaten/kota yang dilanda bencana hidrometeorologi. Ketujuh daerah tersebut antara lain, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Pariaman dan Kabupaten Solok.

Juru Bicara (Jubir) BPBD Sumbar, Ilham Wahab menyatakan, status siaga bencana akan berlangsung hingga Desember 2025 mendatang. Hal ini sejalan dengan laporan BMKG yang memprediksi cuaca ekstrem akan terus berlangsung hingga Desember.

Ilham menyebutkan, berdasarkan laporan terakhir yang diterima pihaknya, daerah yang paling terdampak adalah Padang Pariaman. Di daerah tersebut sebanyak ratusan unit rumah terendam dan ratusan masyarakat mengungsi. “Ada sebanyak 3.076 rumah yang dihuni 3.076 keluarga dengan 9.228 jiwa ikut terdampak banjir,” katanya.

Selain itu, sejumlah fasilitas umum, seperti jalan, jembatan, irigasi, hingga sekolah juga ikut rusak diterjang banjir dan tanah longsor. Akibat bencana di Padang Pariaman, kerugian ditaksir mencapai Rp4 miliar.

Selain Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan juga dilaporkan terdampak cukup parah akibat banjir yang melanda daerah itu. Di Pesisir Selatan, banjir melanda sejumlah nagari, antara lain Nagari Duku dan Nagari Cumanteh di Kecamatan Koto XI Tarusan serta Nagari Asam Kamba Pasar Baru, Nagari Sawah Laweh Pasar Baru, dan Nagari Aur Begalung Talaok di Kecamatan Kambang.

Ketinggian banjir bervariasi antara 0,5 meter hingga 1 meter lebih. Banjir terjadi akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan sungai-sungai meluap sejak Minggu (23/11/2025). Di Nagari Duku, kendaraan sempat tidak bisa lewat karena air menggenangi Jalan (Nasional Lintas Barat Sumatera) hingga satu meter.

Selain merendam pemukiman, meluapnya sungai juga membuat seorang warga hanyut di Kampung Akad, Nagari Kambang Utara, Kecamatan Lengayang. Petani itu hanyut saat menyeberang sungai. Ilham menyebut, di Pesisir Selatan, banjir sempat menggenangi jalan nasional yang menghubungkan Padang-Bengkulu.

Di Kota Solok, banjir berdampak pada 6 keluarga. Banjir juga terjadi di Kota Pariaman. Kemudian, di Agam, selain angin kencang dan tanah longsor, banjir dan banjir bandang juga berdampak pada kolam renang dan sarana pariwisata. Kemudian, di Tanah Datar, satu rumah rusak akibat banjir. Sementara itu, di Padang, terjadi angin kencang dan banjir di beberapa kecamatan.

Mengingat kondisi ini, ia mengimbau agar masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dan lahan curam untuk tetap waspada. “Kondisi terkini hampir seluruh wilayah di Sumbar terpapar hujan, jadi masyarakat harus tetap waspada,” tuturnya.

Padang Pariaman Paling Parah

Sementara itu, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari menyebutkan, di Kabupaten Padang Pariaman, curah hujan yang tinggi menyebabkan debit air di beberapa sungai meluap hingga banjir di 21 nagari dan delapan kecamatan. Kecamatan terdampak antara lain Kecamatan Lubuak Aluang, Batang Anai, Sintuak Toboh Gadang, Ulakan Tapakih, 2×11 Anam Lingkuang, Anam Lingkuang, Nan Sabaris dan V Koto.

Tercatat 3.076 unit rumah terendam, 2 unit rumah rusak, 138 hektar lahan pertanian terdampak, 26 hektare kebun terendam, dua akses jalan rusak (jalan depan RSUD Padang Pariaman dan jalan Rabat Beton Korong Pasa Limau), 2 unit jembatan rusak, 1 unit bendungan rusak, 2 unit saluran irigasi rusak, dan 1 unit sekolah dasar terdampak.

BPBD Kabupaten Padang Pariaman mendata sebanyak 3.076 KK atau 9.228 jiwa terdampak. Sebanyak 258 warga mengungsi. Saat ini, pemerintah daerah (pemda) telah membuka titik pengungsian di halaman musala Surau Kalampayan Pasae Kampuang Galapuang, Surau Palak Pisang, Surau Parik dan di rumah warga. “Situasi per Senin (24/11) dilaporkan hujan masih turun. Air yang sempat surut pada Minggu (23/11/205) malam kembali naik. Tinggi muka air rata-rata antara 30-150 sentimeter,” ujar Abdul.

Sebelumnya, pada Sabtu (22/11), hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan debit air sungai meluap ke pemukiman warga di Kabupaten Agam. Hal ini diperparah dengan pendangkalan sungai tersebut. Tiga kecamatan terdampak adalah Kecamatan Tanjung Raya, Banuhampu, dan Palupuah. Sebanyak 40 KK terdampak. Sembilan warga sempat terjebak banjir namun sudah berhasil dievakuasi.

BPBD Kabupaten Agam mencatat akibat dari peristiwa ini 33 unit rumah terdampak, 8 hektare lahan persawahan terdampak, 3 kolam renang terdampak, 3 saung kolam renang rusak, 1 unit kafe terdampak, 3 akses jalan terdampak, serta terputusnya akses air bersih.

“BPBD Kabupaten Agam saat ini masih melakukan asesmen, kaji cepat dan berkoordinasi dengan aparat setempat untuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

Imbau Masyarakat Waspada

Sebelumnya, Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah menegaskan bahwa keselamatan masyarakat adalah prioritas utama. Ia meminta pemerintah kabupaten/kota hingga perangkat nagari memperkuat kesiapsiagaan, sementara warga diminta saling menjaga dan aktif mengikuti informasi resmi.

“Kami mengingatkan kepada seluruh masyarakat di Sumbar untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan tanah longsor. Keselamatan adalah yang utama. Mari kita saling menjaga, saling mengingatkan dalam menghadapi cuaca ekstrem ini,” ujar Mahyeldi, Minggu (23/11/2025).

Mahyeldi juga meminta BPBD provinsi dan kabupaten/kota untuk mempercepat langkah mitigasi. Termasuk memperkuat pemantauan, memastikan kesiapan personel, peralatan, dan jalur evakuasi. “Kita harus bergerak cepat dan tepat agar masyarakat terlindungi,” ucapnya.

Arahan ini menandakan pemerintah daerah tidak ingin kecolongan, mengingat kejadian hidrometeorologi selama beberapa tahun terakhir memberikan dampak besar terhadap masyarakat, mulai dari rusaknya infrastruktur hingga korban jiwa.

Gubernur juga mengingatkan masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan, bantaran sungai, dan wilayah rawan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan. Warga dianjurkan menyiapkan tas siaga berisi dokumen penting dan memahami jalur evakuasi di lingkungan masing-masing sebuah langkah mitigasi sederhana namun sering diabaikan.

“Masyarakat harus proaktif memantau informasi dari kanal resmi seperti BMKG, BPBD, dan pemerintah daerah. Jangan percaya dengan informasi yang sumbernya tidak jelas,” tutur Mahyeldi.

Dengan kondisi atmosfer yang masih labil, Pemprov Sumbar menekankan bahwa kewaspadaan kolektif menjadi kunci. Pemerintah memperkuat sistem, masyarakat memperkuat kesiapsiagaan. Karena di tengah cuaca ekstrem, arogansi atas keselamatan diri hanya akan memperbesar risiko.