rekrutmen
Berita

Kerukunan Umat Beragama Jadi Pondasi Utama, Stafsus Menag, Gugun Tekankan Trilogi 2.0

0
×

Kerukunan Umat Beragama Jadi Pondasi Utama, Stafsus Menag, Gugun Tekankan Trilogi 2.0

Sebarkan artikel ini
Kerukunan Umat Beragama Jadi Pondasi Utama, Stafsus Menag, Gugun Tekankan Trilogi 2.0
Kerukunan Umat Beragama Jadi Pondasi Utama, Stafsus Menag, Gugun Tekankan Trilogi 2.0. ist

Padang, HANTARAN.Co –Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Pengawasan, dan Kerja Sama Luar Negeri, Gugun Gumelar, mengajak seluruh aparatur merenungkan kembali makna kerukunan.

Ungkapan ini ditekankannya dalam pembinaan ASN Kanwil Kemenag Sumatera Barat, Senin (24/11) di Aula Amal Bhakti II. Hadir Kepala Kanwil Kemenag Sumbar, Mustafa, Kabag TU Edison, para kepala bidang, para pembimas, ketua tim kerja, serta ASN di lingkungan Kanwil dan Kemenag Kota Padang. 

Dalam pembinaan ini Gugun menghadirkan perspektif yang lebih luas—bahwa harmoni bukan hanya urusan manusia dengan manusia, tetapi juga hubungan yang menjalin manusia, alam, dan Tuhan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Gugun memperkenalkan konsep trilogi kerukunan 2.0, yang kini disebut sebagai ekoteologi. Konsep ini menempatkan tiga pilar—Tuhan, manusia, dan alam—sebagai kerangka dasar harmoni yang harus diwujudkan dalam kehidupan beragama dan layanan publik. 

“Trilogi ini menegaskan bahwa kerukunan tidak hanya soal menjaga hubungan antarsesama, tetapi juga bagaimana kita menata relasi dengan alam dan dengan Tuhan,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan salah satu inisiatif besar Menteri Agama, yaitu Tunnel of Friendship yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta. Terowongan silaturahmi ini, kata Gugun, menjadi simbol kuat bagaimana kerukunan dapat diwujudkan secara nyata. 

“Pengunjung Katedral bisa parkir di Istiqlal, dan pengunjung Istiqlal bisa parkir di Katedral. Tidak ada jarak. Tidak ada sekat. Inilah wujud harmoni yang dibangun oleh Menteri Agama,” tegasnya.

Gugun juga menyebut, dalam satu tahun kepemimpinan Menag, penguatan meritokrasi dan pembenahan internal terus dilakukan. Namun capaian terbesar tetap berada pada ranah kerukunan. Salah satu momen penting pada 2024 adalah kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yang disambut hangat oleh umat lintas agama di Masjid Istiqlal.

“Dengan kehadiran Paus ini, banyak yang mendukung, ada juga yang mencibir. Tapi yang paling penting adalah pesan persatuan itu tersampaikan. Indonesia diperlihatkan sebagai bangsa yang mampu menerima perbedaan dengan lapang,” ujarnya.

Ia kemudian mengaitkan kerukunan ini dengan salah satu pilar utama Astacita Presiden Prabowo yang menempatkan harmoni antarumat bagian dari pembangunan nasional. Stafsus menekankan bahwa aparatur Kementerian Agama harus menjadi garda terdepan dalam menjaga pilar ini. 

“Di lapangan, kerukunan bukan wacana. Ia kerja nyata. Ia hadir dari cara kita memperlakukan sesama, dari cara kita merawat alam, dan dari cara kita berpegang pada nilai-nilai ketuhanan,” tegasnya.

Kepada ASN, Gugun juga berpesan agar setiap potensi kesalahpahaman diselesaikan dengan dialog terbuka. Kemenag, katanya, tidak mengenal mayoritas atau minoritas. “Yang ada adalah satu bangsa, satu bahasa, satu Indonesia. Prinsip ini harus menjadi cermin dalam cara kita melayani masyarakat,” ujarnya.

Gugun turut menyinggung latar keluarga Presiden Prabowo yang hidup dalam keberagaman, keyakinan sebagai teladan bagaimana harmoni bisa hadir di lingkup paling kecil, yaitu keluarga. “Keberagaman itu nyata dalam kehidupan beliau. Dan mereka hidup berdampingan dengan baik. Itu pesan penting bagi kita semua,” tambahnya.

Pembinaan ditutup dengan ajakan untuk memperkuat kontribusi nyata Kementerian Agama dalam menjaga kerukunan yang berdampak luas. “Kerukunan itu hak paten kita,” tegas Gugun. “Dan Kementerian Agama harus menjadi contoh paling depan.”

Kepada ASN, Gugun menegaskan pentingnya menjaga ruang dialog ketika muncul gesekan di tengah masyarakat. “Kalau terjadi kesalahpahaman, mari kita selesaikan dengan baik-baik. Kita buka ruang terbuka. Kita tidak ada mayoritas atau minoritas; kita satu bahasa, satu bangsa, satu Indonesia,” ujarnya.

Ia juga mencontohkan keberagaman dalam keluarga besar Presiden Prabowo yang memadukan tradisi muslim dan nasrani—sebagai bukti bahwa keberagaman bukan sekat, melainkan kekuatan. “Kerukunan itu harus menjadi hak paten yang kita utamakan dalam Kemenag berdampak,” tegasnya.