BeritaKesehatan

Kemudahan Anak Mengonsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula Picu Gangguan Gizi hingga Resistensi Insulin

0
×

Kemudahan Anak Mengonsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula Picu Gangguan Gizi hingga Resistensi Insulin

Sebarkan artikel ini
Kemudahan Anak Mengonsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula Picu Gangguan Gizi hingga Resistensi Insulin
Kemudahan Anak Mengonsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Gula Picu Gangguan Gizi hingga Resistensi Insulin. ist

JAKARTA, HANTARAN.Co— Kualitas kesehatan generasi muda akan menentukan masa depan bangsa. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan hal tersebut dalam peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2025 yang digelar pada 12 November. Ia menyebutkan salah satu capaian penting adalah turunnya prevalensi stunting menjadi 19,8 persen atau di bawah angka 20 persen.

“Sebanyak 84 juta anak Indonesia hari ini akan mencapai usia produktif pada tahun 2045, tepat satu abad Indonesia merdeka. Kita hanya punya dua dekade untuk memastikan mereka tumbuh sebagai generasi yang sehat, tangguh, dan unggul,” ujar Menkes dikutip keterangannya, Senin (17/11/2025).

Meski angka stunting menurun, Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) mengingatkan pemerintah untuk tetap waspada. Menurut mereka, masih banyak makanan dan minuman tinggi gula yang dikonsumsi anak tanpa batasan, namun justru menjadi ancaman kesehatan jangka panjang.

“Makanan dan minuman tinggi gula sangat mudah didapatkan anak-anak dan dikonsumsi tanpa kontrol. Belum lagi produk yang dipromosikan sebagai bergizi, seperti kental manis yang puluhan tahun diiklankan sebagai susu, memicu kekeliruan. Kasus diabetes pada anak kini makin banyak,” kata Rusmarni dari KOPMAS.

Mengutip informasi dari Alodokter, susu kental manis (SKM) diketahui memiliki kandungan gula hingga lima kali lebih banyak dibandingkan susu sapi cair. Kandungan vitamin dan mineralnya juga sangat minim. Karena itu, SKM tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak, terutama usia 1–3 tahun, apalagi sebagai pengganti ASI atau susu formula.

Bahkan, anak di bawah usia 2 tahun tidak disarankan mengonsumsi tambahan gula sama sekali. Sementara anak usia 2–18 tahun sebaiknya tidak melebihi 6 sendok teh gula per hari.

Kebiasaan anak mengonsumsi kental manis dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti gigi berlubang, obesitas, hingga resistensi insulin.

Dalam penjelasan dokter Kevin Adrian yang dikutip dari Alodokter, resistensi insulin terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan gula darah secara efektif. Kondisi ini membuat anak berisiko mengalami diabetes tipe 2, kolesterol tinggi, perlemakan hati, hingga penyakit jantung di masa mendatang. Risiko tersebut semakin tinggi jika anak juga mengalami obesitas.

Dengan berbagai temuan itu, KOPMAS menegaskan perlunya edukasi yang lebih kuat serta pengawasan terhadap produk pangan tinggi gula, termasuk kental manis. Meskipun secara kategori masih termasuk dalam produk susu, kental manis bukanlah jenis susu yang layak dikonsumsi anak.

Pemerintah pun diminta memastikan perlindungan terhadap generasi penerus bangsa agar cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud dengan dukungan generasi yang sehat dan berkualitas. (h/kis)

Penulis: Okis Mardiansyah