Berita

Menag Nasaruddin Umar: Sumbar Harus Jadi Titik Tolak Kebangkitan Wakaf Indonesia

0
×

Menag Nasaruddin Umar: Sumbar Harus Jadi Titik Tolak Kebangkitan Wakaf Indonesia

Sebarkan artikel ini
Menag Nasaruddin Umar Sumbar Harus Jadi Titik Tolak Kebangkitan Wakaf Indonesia
Menag Nasaruddin Umar Sumbar Harus Jadi Titik Tolak Kebangkitan Wakaf Indonesia. ist

PADANG,HANTARAN.Co — Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, menegaskan bahwa Sumatra Barat sedang menorehkan sejarah baru dalam perjalanan ekonomi keumatan Indonesia.

Hal itu ia sampaikan saat membuka Konferensi Wakaf Internasional 2025 yang digelar di Hotel Truntum Padang, Sabtu (15/11/2025).

Di hadapan delegasi nasional dan mancanegara, Menag menyebut momentum ini sebagai “hari monumental” bagi Ranah Minang.

“Ini hari yang sangat bersejarah bagi Sumbar. Kita bersyukur kepada Allah SWT karena konferensi ini bertepatan dengan dua peristiwa penting. yaitu 80 tahun Sumatra Barat dan 100 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor,,” ujarnya.

Bagi Menag, dua momentum itu menjadi bukti kuat bahwa wakaf telah menjadi fondasi dakwah, pendidikan, dan kemajuan sosial umat.

Dalam pidatonya, Menag menegaskan bahwa Gontor adalah bukti empiris kekuatan wakaf. “Gontor tumbuh dari wakaf. Wakaf bukan sekadar donasi, tapi institusi yang mampu melahirkan generasi lintas zaman,” tegasnya.

Tradisi itu, katanya, kini harus diperkuat kembali lewat pendekatan modern, terukur, dan berkelanjutan.

KH Nasaruddin Umar juga memuji capaian besar di era Presiden Prabowo Subianto yang berhasil mendorong Badan Pertanahan Nasional (BPN) menyertifikasi 278 ribu bidang tanah wakaf di seluruh tanah air.

Capaian Ini, ia sebut sebagai “loncatan dahsyat” sekaligus menjadi bukti nyata kuatnya komitmen masyarakat Indonesia untuk berwakaf.

“Di atas tanah wakaf itu berdiri pesantren, masjid, mushola, pemakaman, panti asuhan. Wakaf bukan hanya membangun fisik, tapi membangun ruang sosial yang aman dan damai,” katanya.

Lebih jauh, Nasaruddin menyebut wakaf sebagai “urat nadi kehidupan umat yang menjadi sebuah mekanisme sosial yang terus mengalirkan manfaat bahkan setelah pewakaf telah meninggal dunia.

“Wakaf melahirkan ruang belajar, ruang ibadah, ruang sosial. Memperkuat ekosistem wakaf berarti memperkuat fondasi kemanusiaan, kebersamaan, dan kesejahteraan,” jelasnya.

Ia berharap Sumbar dapat muncul sebagai barometer pemberdayaan berbasis wakaf nasional, mengingat sejarah panjang Minangkabau dalam pendidikan, perantauan, dan gerakan keumatan.

“Jika dana umat di Sumbar berjalan optimal, pendidikan akan maju, lembaga sosial akan kuat, dan PDRB akan terdongkrak. Sumbar punya potensi, punya diaspora dan bahkan punya sejarah,” pungkasnya. (h/fiz)

Penulis: M. Fauzi