Agam, hantaran.Co–Pemerintah Kabupaten Agam terus melahirkan inovasi berbasis kearifan lokal. Salah satu program unggulan yang kini menjadi perhatian serius adalah Gerakan Creative Hub Berbasis Masjid, sebuah inisiatif untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat yang tidak hanya berorientasi pada ibadah, tetapi juga kesejahteraan sosial dan ekonomi.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Nagari (DPMN) Agam, Handria Asmi, menjelaskan bahwa program ini merupakan terobosan di bawah kepemimpinan Bupati Agam, Benni Warlis.
“Gerakan ini mengusung semangat meramaikan masjid untuk kesejahteraan. Jadi, masjid bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga tempat berkumpulnya ide kreatif dan penggerak ekonomi masyarakat,” ujarnya, Jumat (7/11/2025).
Menurut Handria, konsep creative hub sebelumnya telah diterapkan di tingkat provinsi dengan basis nagari. Namun, di Agam pendekatannya disesuaikan dengan karakter masyarakat yang religius.
“Kalau di provinsi berbasis nagari, bagaimana nagari menciptakan ruang kreatif. Nah, di Agam kami alihkan ke masjid, agar masjid menjadi pusat kegiatan dan semangat kebersamaan,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa keberadaan creative hub berbasis masjid memiliki dasar hukum yang kuat. Program ini merupakan bagian dari pelaksanaan Peraturan Bupati (Perbub) Tentang Nagari Madani.
“Dalam Perbub tersebut terdapat tujuh kriteria Nagari Madani, dan creative hub masuk ke kriteria kedua,” katanya.
Handria mencontohkan penerapan gerakan ini di beberapa masjid yang sudah mulai aktif. “Misalnya di Masjid Yokokarian, bagaimana pemanfaatan lingkungan sekitar dilakukan untuk meramaikan masjid. Di sana, kegiatan ekonomi, seni dan budaya tumbuh beriringan dengan aktivitas keagamaan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa Pemerintah Kabupaten Agam telah menetapkan 14 tema utama dalam menghidupkan masjid.
“Ada masjid sebagai tempat penggulangan kemiskinan, tempat pesantren nagari, wadah peningkatan generasi muda, hingga tempat kegiatan anak muda. Setiap masjid boleh mengadopsi satu atau beberapa tema tersebut,” tuturnya.
Selain itu, pemerintah juga mendorong keterlibatan lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD). “Mulai tahun 2026, beberapa OPD akan menganggarkan kegiatan mereka di masjid. Misalnya rapat, pelatihan dan sosialisasi, agar masjid benar-benar hidup dan multifungsi,” terang Handria.
Untuk tahap awal, program ini akan dilaksanakan di 32 masjid percontohan, dua masjid di setiap kecamatan. “Kita sudah membentuk tim, melakukan survei dan menerbitkan SK penunjukan masjid percontohan. Tapi masjid lain juga boleh menjalankan program serupa,” tambahnya.
Pemilihan 32 masjid ini dilakukan dengan mempertimbangkan fasilitas dan lingkungan yang memadai. “Kami memilih masjid yang memiliki halaman luas dan sarana pendukung yang bisa digunakan sebagai tempat aktivitas kreatif,” kata Handria.
Dukungan pemerintah nagari juga menjadi bagian penting. Ia berharap pemerintah nagari ikut menyiapkan anggaran untuk kegiatan seperti pelatihan, seminar, hingga pelibatan masyarakat dalam kegiatan ekonomi di sekitar masjid.
Salah satu inovasi kecil yang menarik dalam gerakan ini adalah program Shalat Champion yang memanfaatkan teknologi digital. “Ini bagian kecil dari creative hub. Program ini memberi penghargaan kepada jamaah yang rajin ke masjid melalui aplikasi Sholu,” jelas Handria.
Saat ini, sebanyak 132 masjid di Agam telah terdaftar dalam aplikasi Sholu. “Aplikasi ini mencatat aktivitas jamaah ke masjid. Dalam 40 atau 70 hari, datanya akan direkap dan jamaah paling rajin akan mendapat apresiasi,” katanya lagi.
Bentuk apresiasi yang diberikan pun bervariasi, tergantung inisiatif pengurus masjid atau dukungan perantau. “Hadiah bisa berupa sepeda, rak buku, lemari pakaian dan sebagainya. Bahkan, untuk tahun depan pemerintah daerah rencanakan hadiah umrah bagi jamaah terbaik,” ungkap Handria.
Ia menambahkan, creative hub di setiap masjid akan disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat setempat. “Kita tidak memaksakan konsep yang sama di semua tempat. Di nagari yang kuat seni budayanya, kita kembangkan itu. Di daerah yang potensial ekonominya, kita dorong kegiatan kewirausahaan,” jelasnya.
Harapan besar dari gerakan ini, kata Handria, adalah agar masjid bisa menjadi pusat informasi di nagari. “Semua informasi yang dibutuhkan masyarakat, baik sosial, pendidikan, ekonomi atau kesehatan, bisa disampaikan lewat masjid,” ujarnya.
Sebagai panduan pelaksanaan, tahun ini Pemkab Agam juga telah merampungkan buku panduan teknis Creative Hub Berbasis Masjid. “Buku ini menjadi pedoman bagi pengurus masjid dan pemerintah nagari dalam menjalankan program,” sebutnya.
Peran tokoh masyarakat juga menjadi kunci suksesnya gerakan ini. “Kita harapkan ninik mamak, bundo kanduang, bhabinkamtibmas dan tokoh adat turut berperan aktif. Misalnya, ninik mamak memberi materi adat di didikan subuh, atau bhabinkamtibmas memberi edukasi tentang keamanan dan bahaya narkoba,” tambah Handria.
Ia menyebut, keterlibatan semua pihak akan membuat gerakan ini lebih hidup dan berkelanjutan. “Kita ingin agar masjid benar-benar menjadi pusat peradaban masyarakat nagari,” ucapnya.
Terakhir, Handria mengajak seluruh elemen masyarakat untuk mendukung gerakan ini. “Mari kita sama-sama sokong Gerakan Creative Hub Berbasis Masjid agar tujuan besar menjadikan masjid sebagai pusat kesejahteraan dan kreativitas masyarakat dapat terwujud,” pungkasnya.






