Pesisir Selatan – Bencana banjir akibat hujan deras yang terjadi pada 7 Mei 2024 di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), hingga kini masih menyisakan sejumlah persoalan serius di tengah masyarakat, khususnya para petani.
Anggota DPRD Komisi III Pesisir Selatan, Iel Fauzi Anwar mengatakan, bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di Pessel turut memporak-porandakan bendungan irigasi Koto Kandis, tepatnya di Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang.
“Hingga kini bendungan tersebut masih rusak parah, sehingga masyarakat petani setempat menjadi kesulitan untuk turun ke sawah dikarenakan sawah mereka kekeringan,” ujarnya pada wartawan, Rabu (9/10).
Menurutnya, hal tersebut sudah sejak lama dikeluhkan oleh masyarakat setempat. Menanggapi kondisi itu, ia bersama ketua dan anggota Komisi III DPRD Pessel melakukan pertemuan dengan jajaran Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (SDABK) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) di Padang.
“Pertemuan itu bertujuan untuk mendesak pihak terkait agar perbaikan bendungan irigasi yang rusak tersebut segera diperbaiki,” katanya.
Ia menjelaskan, pertemuan bersama jajaran Dinas Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (SDABK) Provinsi Sumbar bersama Komisi III DRPD Pessel, dikarenakan kewenangan penanganan bendungan irigasi Koto Kandis berada di tingkat provinsi.
“Ya, melalui dialog terbuka bersama Plt Kepala Dinas SDABK Sumbar, Ahdiansyah dan jajarannya, sehingga disepakati pengerjaannya secara administrasi dan penanganan fisiknya dimulai lima belas hari kedepan dengan anggaran sebesar Rp 1,5 miliar. Dana itu bersumber dari APBD Perubahan 2024 Provinsi Sumbar,” ucapnya lagi.
Iel Fauzi Anwar mengatakan, pengerjaan tahap awal secara fisik dimulai dengan mengantisipasi bagaimana aliran air bisa masuk ke areal sawah petani sebelum dimulainya pengerjaan secara permanen.
“Areal produktif yang diairi oleh bendungan irigasi itu mencapai 1.900 hektar lebih. Namun melalui bendungan irigasi Koto Kandis ini, luas lahan yang bisa kembali produktif bisa mencapai 3.357 hektar. Lahan ini tersebar di beberapa nagari, yakni Nagari Kambang Timur, Kambang Barat, Lakitan Timur, Lakitan Tengah, dan Nagari Lakitan Utara,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, untuk penanganan lebih lanjut atau secara permanen, maka pihak provinsi melalui Dinas SDABK Sumbar juga tengah mempersiapkan Detail Engineering Design (DED).
“Berdasarkan analisa Dinas SDABK Sumbar, setidaknya dibutuhkan anggaran sekitar Rp 30 miliar lebih untuk pembangunan irigasi itu secara permanen,” katanya.
Ia pun berharap, agar pembangunan fisik yang akan dilakukan secara permanen tahun 2025 nanti, benar-benar memiliki perencanaan yang matang, serta juga multi fungsi.
“Selain sebagai sumber irigasi pertanian masyarakat, bendungan irigasi Koto Kandis ini juga bisa menjadi destinasi wisata unggulan di masa mendatang bagi masyarakat Kecamatan Lengayang, Pesisir Selatan,” ucapnya lagi.
Selanjutnya, kata dia, apa yang sudah diupayakan tersebut hendaknya mendapat dukungan penuh dari masyarakat agar pelaksanaan pembangunan fisik tahap awal ini bisa terlaksana dengan lancar.
“Dengan kembali lancarnya aliran air yang bersumber dari bendungan irigasi Koto Kandis ini, maka Kecamatan Lengayang akan kembali menjadi lumbung padinya Pesisir Selatan,” tuturnya.