Laporan : Fardianto
Hanya berbekal sabut kelapa, Amaniarty (52) seorang perajin mampu meraup Rp3-4 juta dalam sebulan. Sabut kelapa disulap menjadi kaligrafi dan pot bunga cantik yang bernilai jual.
“Sebulan bisa menghasilkan Rp3-4 juta untuk kerajinan pot bunga. Sedangkan kaligrafi tergantung pemesan saja,” ujar Amaniarty di tempat usahanya di Jalan Pasar Muaro Ganting No.30 RT.03/11, Kelurahan Parupuak Tabing, Jumat (13/11).
Dikatakannya, dalam satu hari dirinya mampu membuat 10 buah pot bunga dari sabut kelapa tersebut. Pot bunga itu dijual Rp12 ribu per unitnya. Sedangkan untuk kaligrafi hanya mampu ia buat satu dalam sehari dengan harga Rp60 ribu hingga Rp250 ribu per unitnya.
Amaniarty menceritakan, awal mula ide membuka usaha produk sabut kelapa bermula setelah dirinya mengikuti pelatihan di Angkasa Pura II tentang pembuatan kaligrafi dari sabut kelapa.
Karena banyak sabut kelapa bekas yang terbuang sia-sia, ia ber inisiatif untuk memanfaatkan sisa-sisa sabut kelapa tersebut. Apalagi disaat pandemi Covid-19 ia sangat tertarik sekali dan mencari inovasi yang diperbuat untuk anak-anak yang putus sekolah akibat Covid-19. “Saya membuka YouTube dan mempelajari, karena maraknya tanaman saya membuat pot bunga dan saya ajarkan kepada anak-anak yang sudah putus sekolah,” ujarnya.
Amaniarty mengatakan, usaha ini baru ia rintis, paling tidak sekira April lalu. bahan bakunya dari limbah yaitu sabut kelapa yang awalnya direndam terlebih dahulu selama 10 hari, karena semakin lama direndam semakin halus.
Kemudian digiling menggunakan mesin giling kelapa yang telah dimodifikasi. Setelah digiling hasilnya akan terbagi tiga yaitu halus, kasar dan serbuk. “Untuk yang halus kita buat untuk kaligrafi, yang kasar kita buat pot bunga dan serbuknya bisa digunakan untuk tanaman. Jadi semuanya ada fungsi,” katanya.
Amaniarty menjelaskan proses pembuatan pot bunga, bahannya hanya sabut kelapa dan kawat. Pertama, potong kawat sesuai yang dikehendaki, dan dibentuk tabung besar untuk bagian luar. Kemudian, lingkaran kecil untuk bagian dalam, serta kawat bentuk untuk alas bawah.
Lalu kawat itu dirangkai menggunakan tang. Selanjutnya tinggal masukkan sabut kelapa di sela tabung besar dan kecil hingga penuh sambil ditekan-tekan. “Selain bentuk lingkaran, kami juga membuat pot bunga yang berbentuk hati dan lainnya,” ujarnya.
Sedangkan proses pembuatan kaligrafi, bahannya pigura, kain keras, ijuk, dan lem yang ditempelkan menggunakan kompresor. “Dari sabut halus itu kita potong-potong sekitar setengah centimeter, begitu juga dengan ijuk. Kemudian disusun menjadi tulisan kaligrafi. Setelah semua tersusun baru di lem,” ujarnya.
Lebih jauh Amaniarty menyampaikan, pot bunga dan kaligrafi itu dipromosikan melalui media sosialnya. Selain itu, dirinya juga memasarkan ke beberapa tempat usaha lainnya seperti Shoppy. “Saat ini kami juga sedang pasarkan di BIM untuk menyambut kedatangan peserta MTQ Nasional di Sumbar, sebagai oleh-oleh,” ujarnya.
Hingga kini kata Amaniarty, sudah ada 10 pekerja, mereka semua anak remaja yang ada di kampungnya. Rata-rata pekerja yang sudah putus sekolah yang diperdayakan untuk membuat kerajinan ini.
Salah seorang pekerja, Ucok (19) yang sebelumnya bekerja sehari-hari memulung. Menurutnya sejak pandemi Covid-19 penghasilannya berkurang. Setelah belajar membuat pot bunga dari sabut kelapa, ia bisa menghasilkan uang Rp100 ribu per harinya, dengan membuat 10-30 pot bunga. (*)