PADANG, hantaran.co — Perkembangan praktik ekonomi Syariah di Sumbar terus menunjukkan tren yang positif. Hal ini diyakini sangat terpengaruh oleh kandungan nilai-nilai adat dan kebudayaan yang terbungkus dalam falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK) di Sumbar, yang sejalan dengan prinsip-prisip dasar ekonomi syariah.
Sekretaris Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Wilayah Sumbar, Mulyadi Muslim, meyakini, saat ini tingkat kesadaran dan literasi masyarakat Sumbar tentang ekonomi syariah terus mengalami peningkatan, terutama pada kalangan praktisi ekonomi.
“Secara umum, literasi ekonomi syariah cukup masif ditebarkan oleh praktisi dan para mubalig, sehingga perkembangan ekonomi syariah di Sumbar trennya positif dan terus membaik,” ujar Mulyadi kepada Haluan, Kamis (27/5/2021).
MES meyakini, kata Mulyadi, sektor ekonomi syariah akan mememberikan dampak besar pada pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu, katanya, proses konversi Bank Nagari menjadi bank syariah ikut melengkapi empat pilar pertumbuhan ekonomi syariah yaitu, lembaga pendidikan, pakar, industri/bisnis syariah, dan lembaga keuangan syariah.
“Peralihan Bank Nagari menjadi bank syariah akan memberikan nilai tawar baru bagi masyarakat,” ujarnya lagi.
Sementara itu, Pakar Ekonomi Syariah UIN Imam Bonjol Padang, Hurriyatul Akmal, kepada Haluan, potensi pertumbuhan ekonomi syariah di Sumbar cukup kuat dan cerah, karena aspek kebudayaan yang sangat kental dengan nuansa syariah di Sumbar.
“Sumbar dianggap sebagai provinsi dengan ghirah syariah yang kuat, dengan filosofi ABS-SBK yang bisa menjadi dasar kuat dalam pengembangan ekonomi syariah,” kata Hurriyatul kepada Haluan, Kamis (27/5/2021).
Hurriyatul menyebutkan, kekuatan ekonomi syariah terdapat pada nilai yang diusung dalam prinsip-prinsip ekonominya seperti, nilai kejujuran, kepercayaan, keadilan, dan kemanuasiaan. Selain itu, juga kehadiran sektor perbankan yang mengedepankan instrumen-instrumen yang berkeadilan sesuai dengan anjuran agama.
Menurut Hurriyatul, ekonomi syariah diprediksi akan menjadi arus utama dalam perekonomian nasional. Ditambah saat ini, pemerintah telah membentuk Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) guna mendorong pertumbuhan ekonomi syariah tersebut.
“Penguatan ekonomi syariah diyakini akan menjadi arus utama perekonomian nasional. Kita bisa lihat keseriusan pemerintah dalam memfasilitasi itu semua, ada KNEKS, ada merger bank syariah menjadi BSI, ada BPJPH, ada BPKH,” ujarnya lagi.
Sementara itu di Sumbar, sambung Hurriyatul, pemerintah daerah juga sudah memperlihatkan komitmen dalam mendukung ekonomi syariah, dengan terus memproses peralihan Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau Bank Nagari menjadi bank umum syariah. Menurutnya, konversi itu harus dipercepat dalam momentum pertumbuhan ekonomi syariah di Sumbar.
Hurriyatul menilai, Sumbar memiliki sejumlah sektor yang potensial dalam pertumbuhan ekonomi syariah seperti, program wisata halal dan wisata kuliner yang bisa menjadi produk andalan dalam ekonomi syariah.
“Namun support sistemnya harus disiapkan dengan baik yaitu instrumen keuangan dan sarana produksinya yang baik agar bisa dikelola menjadi produk andalan dalam mengembangkan ekonomi syariah,” katanya.
Selain itu, Hurriyatul menambahkan, pertumbuhan ekonomi syariah di Sumbar masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait literasi masyarakat atas ekonomi syariah yang masih rendah. Bahkan katanya, masih di bawah rata-rata nasional.
Sebelumnya, Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar, Misran Pasaribu, menyatakan, pertumbuhan ekonomi syariah saat ini tengah dalam tren yang positif. Terutama pada sektor bisnis bank syariah yang mengalami pertumbuhan 4 persen dari segi pembiayaan syariah pada kuartal pertama 2021 di Sumbar. Selain itu, aset syariah juga mengalami peningkatan hingga 7 persen.
“Dilihat dari datanya, perbankan syariah di Sumbar tumbuh positif. Kalau dibanding konvensional yang tumbuh negatif. Pembiayaan bank syariah sampai aset semuanya tumbuh positif,” kata Misran.
Misran berpendapat, tren pertumbuhan positif bank syariah akan mampu mendukung perekonomian Sumatra Barat, terutama dalam pembiayaan program-proram Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), serta sektor-sektor ekonomi potensial Sumbar lainnya seperti pariwisata yang bergerak ke idustri wisata halal.
BSI Makin Optimis
Sementara itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) semakin optimis bahwa keberadaan ekonomi syariah menjadi salah satu pendorong pemulihan ekonomi nasional. Hal ini ditunjang oleh integrasi aspek komersial dam sosial yang diterapkan oleh Bank Syariah dan menjadi model dalam membangun resiliensi ekonomi berbasis ekosistem halal.
Chief of Economist PT. Bank Syariah Indonesia Tbk, Banjaran Surya Indrastomo, menyampaikan, pertumbuhan ekonomi kuartal II- 2021 diperkirakan akan dekati 5%. “Kebijakan fiskal countercyclical, meningkatnya mobilitas masyarakat dan momen Ramadan menjadi growth driver pada kuartal mendatang. Selain itu, akselerasi peningkatan Ziswaf diharapkan sebagai instrumen safety net untuk membangun ketahanan ekonomi umat,” kata Banjaran.
Hingga saat ini, sambung Banjaran, BSI terus memperkuat layanan digital. Konsistensi ini berhasil mendorong peningkatan volume transaksi kanal digital BSI yang tercatat mencapai Rp40,85 triliun pada Maret 2021. Kontribusi terbesar volume transaksi tersebut berasal dari layanan BSI Mobile yang naik 82,53% secara tahunan (yoy).
Ada pun dari sisi sosial, Sedekah Infak dan Zakat (ZIS) sebagai instrumen syariah memiliki peran penting sebagai instrumen pemerataan pendapatan dan jaring pengaman sosial. BSI bersama Baznas berkomitmen untuk meningkatkan optimalisasi zakat melalui penghimpunan dan penyaluran ZIS, kerja sama perbankan dan layanan counter untuk Baznas di seluruh Indonesia, kerja sama fitur smart donation, co-branding dan program promo, dan lain sebagainya. (*)
Yesi/hantaran.co