Pesisir Selatan, HANTARAN.Co – Bunda Literasi Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Lisda Hendrajoni, menegaskan pentingnya peran keluarga sebagai pondasi utama dalam membangun budaya literasi sejak dini. Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam kegiatan bertajuk “Literasi Parenting: Menanamkan Budaya Literasi dalam Keluarga”, yang digelar pada Rabu (5/11/2025).
Dalam pemaparannya, Lisda menjelaskan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup keterampilan berpikir kritis, memahami informasi, serta menggunakannya untuk meningkatkan kualitas hidup.
“Literasi adalah fondasi utama untuk mencetak generasi unggul yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman,” ujar Lisda.
Lisda menyebut, pemahaman literasi harus diperluas sebagai kemampuan berpikir reflektif dan produktif dalam menghadapi tantangan kehidupan modern. Ia juga mengutip Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang menegaskan pentingnya literasi sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat pembelajar sepanjang hayat.
Menurutnya, sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, dan keluarga sangat dibutuhkan untuk menciptakan ekosistem literasi yang berkelanjutan.
Lisda juga menyoroti peran pegiat literasi sebagai motor penggerak dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Mulai dari Bunda Literasi di tingkat kabupaten hingga nagari, Duta Baca, hingga pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), semuanya memiliki peran strategis dalam menginspirasi masyarakat untuk mencintai kegiatan membaca.
Lebih jauh, Lisda menekankan pentingnya peran keluarga dalam membentuk kebiasaan membaca anak. Ia menyebut, orangtua merupakan pendidik pertama yang berpengaruh besar terhadap minat baca dan kemampuan literasi anak.
“Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat. Jika orangtua membiasakan membaca dan membacakan buku, maka kebiasaan itu akan tertanam kuat dalam diri anak,” katanya.
Lisda mendorong orangtua untuk menciptakan rutinitas literasi sederhana di rumah, seperti membaca sebelum tidur, berdiskusi ringan, atau menulis catatan harian bersama anak. Ia menilai, literasi parenting bukan sekadar kegiatan akademik, melainkan proses emosional yang dapat mempererat hubungan keluarga.
Ia juga mengingatkan bahwa budaya literasi tidak bisa dibangun dengan paksaan.
“Budaya membaca akan tumbuh jika dilakukan dengan rasa senang. Ketika literasi menjadi bagian dari gaya hidup keluarga, maka manfaatnya akan dirasakan dalam jangka panjang,” ucap Lisda.
Lebih lanjut dijelaskannya, bahwa kemampuan literasi tidak hanya berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga dalam pembentukan karakter, empati, dan kepekaan sosial anak. Anak-anak yang memiliki kemampuan literasi baik akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, berakhlak, dan adaptif di berbagai bidang kehidupan.
Di akhir kegiatan, Lisda mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menumbuhkan semangat literasi di Kabupaten Pesisir Selatan.
“Mari jadikan literasi sebagai budaya hidup keluarga dan masyarakat, agar generasi mendatang tumbuh menjadi generasi literasi yang siap menghadapi masa depan,” tuturnya. (h/kis)






