Padang, hantaran.Co–Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Oktober 2025 terjadi inflasi year on year (y-on-y) di Sumatera Barat (Sumbar) sebesar 4,52 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 111,04. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Pasaman Barat sebesar 6,67 persen dengan IHK sebesar 113,33, dan inflasi terendah terjadi di Kota Padang sebesar 3,90 persen dengan IHK sebesar 110,32.
Kepala BPS Sumbar, Sugeng Ariato menyatakan, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 8,55 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,41 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,43 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,29 persen; dan kelompok transportasi sebesar 2,54 persen.
Kemudian, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,93 persen; kelompok pendidikan sebesar 3,35 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,08 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 14,79 persen.
“Sementara itu, kelompok yang mengalami penurunan harga adalah kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,08 persen dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,16 persen,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima Haluan, Senin (3/11/2025).
Sementara tu, secara month to month (m-to-m) bulan Oktober 2025 Sumbar mengalami inflasi sebesar 0,40 persen. Hingga Oktober 2025, inflasi year to date (y-to-d) Provinsi Sumatera Barat sebesar 3,87 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Oktober 2025 antara lain cabai merah, emas perhiasan, mobil, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kontrak rumah, santan segar, minyak goreng, akademi/perguruan tinggi, cabai hijau, ikan cakalang/ikan sisik, sewa rumah, tarif air minum PAM, daging ayam ras, nasi dengan lauk, kue basah, Sigaret Putih Mesin (SPM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), iuran pembuangan sampah, tomat, dan udang basah.
Sementara komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y pada Oktober 2025 antara lain bawang merah, kentang, bawang putih, ikan nila, bahan bakar rumah tangga, jengkol, sabun cair/cuci piring, beras, popok bayi sekali pakai/diapers, telepon seluler, buncis, petai, makanan hewan peliharaan, pengharum cucian/pelembut, susu bubuk untuk bayi, dan ayam hidup.
Pada Oktober 2025, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,80 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,03 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,26 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen; kelompok transportasi sebesar 0,27 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,01 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,15 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,23 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,72 persen.
Selanjutnya, kelompok yang memberikan andil/sumbangan deflasi adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01 persen. Sementara itu, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga memberikan andil inflasi/deflasi yang tidak signifikan.
Adapun komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada Oktober 2025 yaitu: cabai merah, emas perhiasan, ikan cakalang/ikan sisik, sewa rumah, daging ayam ras, wortel, pepaya, dan angkutan udara. Selanjutnya komoditas yang memberikan andil/ sumbangan deflasi m-to-m antara lain: bawang merah, ikan gembolo/ikan aso-aso, buncis, ikan tongkol/ikan ambu-ambu, tomat, cabai rawit, terong, daun bawang, jengkol, ikan anak tandeman, udang basah, ikan serai, daun seledri, kentang, kelapa, petai, popok bayi sekali pakai/diapers, sawi putih/pecay/pitsai, kembang kol, dan susu bubuk untuk bayi.






