Padang,hantaran.Co–Upaya membawa rendang dan kuliner Minang ke pasar global kini menemukan jalannya melalui inovasi teknologi karya anak negeri. Tim peneliti dari Politeknik Negeri Padang (PNP) berhasil mengembangkan mesin canggih yang mampu meningkatkan kualitas, daya tahan, dan efisiensi produksi oleh-oleh khas Sumatera Barat.
Inovasi tersebut hadir sebagai angin segar bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang selama ini terkendala keterbatasan teknologi dalam pengolahan makanan tradisional.
Melalui riset yang didukung oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dalam program Riset Berdikari 2025, tim peneliti PNP memperkenalkan teknologi baru bernama Vertical Retort Machine, sebuah mesin sterilisasi modern yang dirancang khusus untuk mengawetkan rendang, dendeng, hingga itiak lado hijau tanpa mengurangi cita rasa autentiknya.
Ketua Tim Peneliti PNP, Nurul Fauzi, menjelaskan bahwa inovasi tersebut merupakan hasil kolaborasi antara akademisi, industri, dan pelaku UMKM yang berorientasi pada penguatan ekonomi berbasis kearifan lokal.
“Selama ini, banyak UMKM kita kesulitan meningkatkan kapasitas produksi karena prosesnya masih manual, daya tahan produk pendek, dan belum memenuhi standar higienitas. Melalui inovasi mesin ini, kami berupaya menjawab semua tantangan itu dengan solusi berbasis teknologi,” ujarnya, Selasa (28/10/28)
Menurut Nurul, keunggulan utama dari Vertical Retort Machine terletak pada kemampuannya mensterilkan produk makanan dengan suhu dan tekanan tertentu, sehingga mampu memperpanjang umur simpan produk hingga berbulan-bulan tanpa pengawet tambahan.
“Kami ingin memastikan rendang dan produk Minang lainnya bisa dikirim ke berbagai negara tanpa mengorbankan rasa asli. Dengan mesin ini, dilema antara cita rasa dan jarak tidak lagi menjadi hambatan,” tuturnya.
Teknologi tersebut, sambungnya, tidak hanya berfungsi untuk pengemasan dan pengawetan makanan, tetapi juga menjadi langkah konkret untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global.
“Kami ingin membawa ‘rantau’ Minang ke seluruh dunia melalui cita rasa yang mendunia. Produk lokal harus mampu bersaing, tidak hanya karena kelezatannya, tapi juga karena mutunya yang terjaga,” tuturnya.
Selain Vertical Retort Machine, tim peneliti juga mengembangkan alat cetak sayak otomatis, yaitu wadah rendang tradisional yang kini dapat diproduksi dengan lebih efisien. Sebelumnya, proses pembuatan sayak dilakukan secara manual dan memakan waktu lama. Dengan alat baru ini, pelaku UMKM bisa mempercepat produksi tanpa kehilangan nilai tradisional dari kemasan rendang Minang.
Kolaborasi riset tersebut melibatkan berbagai pihak, termasuk Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, IPB University, serta pelaku UMKM seperti Dapur Bundo N3 dan Dapur Dakak-Dadak Dua Putri. Dukungan dari lembaga-lembaga tersebut menjadi kunci keberhasilan pengembangan teknologi tepat guna yang berpihak pada masyarakat kecil.
Nurul berharap, hasil riset tersebut dapat menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang berkelanjutan.
“Kami ingin menjadikan inovasi ini bukan hanya sebatas produk penelitian, tetapi benar-benar diterapkan dan dirasakan manfaatnya oleh pelaku usaha di lapangan. Jika UMKM kuat, pariwisata dan ekonomi daerah juga akan ikut bergerak,” ucapnya.
Dengan inovasi tersebut, dirinya berharap rendang bukan lagi sekadar ikon budaya, melainkan simbol kemajuan teknologi dan ekonomi kreatif Minangkabau.






