Padang,hantaran.Co–Kepala Bidang (Kabid) Angkutan Jalan, Perkeretaapian, dan Pengembangan Transportasi Dinas Perhubungan (Dishub) Sumatera Barat menyatakan, persoalan kemacetan perlu ditangani secara terpadu dan lintas sektoral, karena kompleksitas penyebabnya.
Dalam kasus kemacetan Padang Lua-Koto Baru misalnya. Menurut Momon, kemacetan di jalur ini disebabkan oleh hambatan samping, terutama akibat aktivitas perdagangan di pinggir jalan saat hari pasar.
“Secara kasat mata, di luar hari pasar, kemacetan tidak terjadi. Artinya, aktivitas pedagang di badan jalan menjadi pemicu utama. Solusinya bukan hanya penertiban, tapi juga penyediaan alternatif lapak dagang di lokasi yang lebih aman,” katanya, beberapa waktu lalu.
Dishub Sumbar mengungkapkan, lahan untuk jalur alternatif di Koto Baru sebenarnya telah tersedia dan bahkan telah dibebaskan beberapa tahun lalu. Namun, hingga kini pengembangannya belum berjalan, karena terkendala oleh berbagai faktor, salah satunya diduga terkait anggaran.
“Seandainya jalur alternatif itu sudah dikembangkan, persoalan bottle neck di Koto Baru bisa selesai,” ucapnya.
Opsi lain yang perlu dipertimbangkan adalah merombak bentuk Pasar Koto Baru yang saat ini berdiri tepat di sisi jalan nasional. Posisi pasar yang terlalu dekat dengan arteri utama ini dianggap sangat mengganggu fungsi jalan sebagai penghubung regional.
Sementara itu, di Padang Lua, Dishub juga mencermati perlunya pembangunan jalan lingkar timur yang menghubungkan Bypass Taluak hingga Pasar Amor. Rencana pembangunan flyover di titik ini sempat mengemuka, namun menurut Momon, implementasinya akan sangat sulit.
“Sekarang kiri-kanan jalan sudah banyak bangunan permanen milik warga. Flyover di lokasi itu hampir mustahil diwujudkan tanpa konsekuensi sosial yang besar,” katanya.

 
							




