PADANG, hantaran.Co–Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Pemprov Sumbar) menaksir setidaknya butuh investasi sebesar Rp120 triliun jika ingin mendongkrak ekonomi daerah dan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 7,3 persen pada 2029 mendatang.
Guna mencapai target investasi tersebut, Pemprov Sumbar terus melakukan berbagai upaya untuk menggaet investor menanamkan modalnya di Sumbar. Salah satunya melalui acara Temu dan Presentasi Bisnis yang digelar oleh Konsulat Jenderal India di Hotel Grand Mercure Medan pada Rabu (15/10/2025). Kegiatan ini diselenggarakan untuk menyambut kedatangan delegasi bisnis dari Confederation of Indian Industry (CII), yang terdiri atas perwakilan sejumlah perusahaan multinasional asal India.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar memaparkan potensi investasi daerah. Senior Investment Promotion Officer, Hendri Agung, yang hadir mewakili Kepala DPMPTSP Sumbar menyampaikan lima sektor utama investasi Sumbar, yakni energi baru terbarukan (EBT), pariwisata, industri, perikanan, dan pertanian.
“Potensi EBT Sumbar sangat besar, antara lain tenaga surya dengan potensi 5.898 MW yang baru dimanfaatkan sekitar 1 persen, tenaga ombak di wilayah laut seluas 186 ribu kilometer persegi yang belum dimanfaatkan, bioenergi dengan potensi 923,1 MW yang baru dimanfaatkan 8,15 persen, tenaga angin 428 MW yang belum tersentuh, panas bumi 1.651 MW baru dimanfaatkan 5 persen, dan tenaga hidro 1.100 MW dengan pemanfaatan 33 persen,” tuturnya.
Ia menerangkan, dari 21 titik potensi panas bumi di Sumbar, empat lokasi telah digarap investor, yakni PT Supreme Energi di Solok Selatan, Konsorsium PT Hitay Daya Energy di Kabupaten Solok, PT EDC di Kabupaten Solok, dan PT Medco di Kabupaten Pasaman. Masih ada 17 titik lain yang terbuka untuk investasi.
Potensi lain juga terdapat pada pembangkit listrik tenaga air di Batang Kuantan, Nagari Padang Tarok, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung, dengan panjang lintasan 21,4 km dan lebar 54,73 meter.
Selain energi, potensi pertambangan juga tersebar di delapan kabupaten/kota, meliputi emas, bijih besi, pasir besi, tembaga, batubara, dan timah hitam. Daerah tersebut antara lain Solok, Solok Selatan, Pasaman, Pasaman Barat, Sawahlunto, Agam, Tanah Datar, dan Dharmasraya.
“Sektor pariwisata juga memiliki daya tarik besar untuk investasi, seperti pengembangan kawasan Danau Maninjau dan Puncak Lawang di Agam, Istano Basa Pagaruyuang dan Puncak Pato di Tanah Datar, Bukik Omeh dan Pulau Semangki di Pesisir Selatan, serta berbagai proyek hotel dan taman hiburan di sejumlah daerah,” ujarnya.
Adapun potensi wisata lainnya meliputi Planetarium Equator Bonjol dan Taman Wisata Alam Rimbo Panti di Pasaman, pengembangan kawasan wisata Gunung Talang di Solok, pembangunan Convention Center di Pariaman, kawasan wisata Pulau Belibis di Kota Solok, rest area dan pasar pusat kota di Padang Panjang, serta kawasan strategis Diponegoro di Kota Padang.
Untuk sektor industri, peluang investasi antara lain pembangunan pabrik pakan ikan di Kabupaten Pasaman dan industri minyak nilam di Pasaman Barat. Di sektor pertanian, potensi unggulan mencakup pengembangan gambir di Limapuluh Kota, Pesisir Selatan, dan Padang Pariaman, agrowisata serai di Kota Sawahlunto, serta pabrik pengolahan beras di Kota Solok.
“Sementara untuk sektor perikanan ada tiga bidang yang potensial, yaitu perikanan tangkap, budidaya, dan pengolahan hasil laut. Komoditas unggulan yang ditawarkan antara lain tuna, kerapu, lobster, dan vaname. Potensi-potensi ini tersebar di wilayah Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Agam, Pasaman, Pasaman Barat, Kepulauan Mentawai, dan Kota Padang,” katanya.
Di akhir paparannya, Hendri Agung menyampaikan apresiasi atas kesempatan yang diberikan serta menyampaikan undangan dari Gubernur Sumbar kepada Konsul Jenderal India dan delegasi Confederation of Indian Industry (CII) untuk berkunjung langsung ke Sumbar dan melihat potensi investasi yang dimiliki Ranah Minang.