Pesisir Selatan – Batang Sungai Lagan yang melintasi Nagari Lagan Hilir Punggasan, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, kini berubah dari sumber kehidupan menjadi ancaman serius bagi warga.
Sungai yang dulu digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci, dan kebutuhan sehari-hari itu kini mengalami pendangkalan parah akibat sedimentasi serta dipenuhi sampah rumah tangga, termasuk plastik, popok, dan limbah cair. Akibatnya, setiap musim hujan, air sungai meluap dan membanjiri permukiman warga serta kawasan Pasar Jumat.
“Kami ingin sungai ini bersih seperti dulu, pemerintah daerah mesti mencarikan solusinya,” kata seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya, Minggu (1/6/2025).
Ironisnya, meskipun air sungai telah tercemar, anak-anak masih sering mandi di sana. Padahal, kondisi tersebut mengandung risiko kesehatan serius seperti diare, infeksi kulit, hingga kemungkinan keracunan logam berat. Pencemaran ini juga berdampak buruk terhadap biota sungai akibat menurunnya kadar oksigen dalam air.
Sekretaris Nagari Lagan Hilir Punggasan, Martius Datuak Talanai Sati, mengungkapkan bahwa pihak nagari telah berulang kali bermusyawarah dengan Badan Musyawarah Nagari (Bamus) dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagari (LPMN). Namun, hingga kini belum ada solusi konkret karena keterbatasan infrastruktur.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten, tapi belum ada tindak lanjut sampai sekarang,” ujarnya.
Martius menambahkan, ketiadaan lahan untuk Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan jauhnya Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menyebabkan masyarakat memilih membuang sampah ke sungai sebagai “alternatif rasional”. Minimnya edukasi dan ketiadaan petugas kebersihan semakin memperparah persoalan ini.
Masalah Sungai Lagan tidak hanya berdampak pada Nagari Lagan Hilir, tetapi juga menjalar ke wilayah sekitar seperti Nagari Lagan Gadang Mudiak Punggasan dan Punggasan Utara. Setiap musim hujan, banjir akibat luapan sungai menjadi langganan dan semakin parah akibat alih fungsi lahan di hulu dan penyempitan badan sungai.
Martius menyebutkan, sejumlah langkah teknis seperti normalisasi sungai dan rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) bisa menjadi solusi jangka panjang. Namun, keterbatasan anggaran di tingkat nagari membuat upaya tersebut belum bisa direalisasikan secara optimal.
“Upaya yang kami lakukan saat ini ibarat menahan gelombang dengan tangan kosong,” keluhnya.
Pihak nagari pun mendesak pemerintah kabupaten, provinsi, hingga pusat untuk segera turun tangan. Beberapa langkah prioritas yang diusulkan antara lain: Pembangunan TPA Terpadu, agar sampah tidak lagi dibuang ke sungai. Program Biopori dan Sumur Resapan, untuk meningkatkan daya serap air dan mencegah banjir. Edukasi Pengelolaan Sampah, untuk membentuk kesadaran masyarakat. Normalisasi Sungai, melalui pengerukan sedimen dan pembersihan sampah.
Jika tidak segera ditangani, krisis Sungai Lagan dikhawatirkan akan terus mengancam kesehatan masyarakat serta memperparah kerusakan lingkungan di Pesisir Selatan.