Kesehatan

75 Kasus Varian Delta Terlacak di Sumbar, Ini Kata Dinkes

7
×

75 Kasus Varian Delta Terlacak di Sumbar, Ini Kata Dinkes

Sebarkan artikel ini
Sumbar
Masker. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Riset yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Balitbang Kemenkes) RI menemukan 75 kasus penularan Covid-19 Varian Delta di Sumatra Barat dari 268 sampel yang diperiksa. Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar pun meminta masyarakat lebih waspada karena varian virus corona ini lebih cepat menular.

Kepala Dinkes Sumbar, Arry Yuswandi mengatakan, varian dengan kode Delta B1617.2 ini menghasilkan lebih banyak partikel virus, yang membuat virus bisa menular lebih cepat dari varian virus corona lainnya. Selain itu, varian delta bisa mendapatkan pijakan pada bagian tubuh, sebelum sistem kebebalan memberikan respons.

“Oleh karena itu varian delta bisa menyebar lebih cepat. Namun yang jelas, semua virus mempunyai ancaman, dan yang perlu kita lakukan adalah menerapkan prokes dengan disiplin, terutama memakai masker dengan benar. Bahkan, sekarang sudah dianjurkan memakai masker dua lapis,” kata Arry kepada Haluan, Rabu, (1/9/2021).

Selain menular lebih cepat, sambung Arry, varian delta juga cepat menimbulkan gejala pada orang yang positif terpapar. Menurutnya, pada kasus penularan varian corona lain, gejala baru akan dirasakan pada hari kelima, sedangkan pada kasus penularan delta gejala sudah mulai muncul pada hari pertama atau kedua.

Arry mengaku belum mengatahui jumlah kasus penularan Covid-19 yang disebabkan oleh varian delta, meski sebelumnya pihaknya sudah melakukan pemeriksaan. “Saya belum mendapatkan data pasti tentang jumlah kasus dan penyebaran varian delta di Sumbar. Namun, kita perlu terus waspada,” katanya lagi.

Pemerintah, sambung Arry lagi, terus memperkuat penanganan pandemi Covid-19, termasuk dalam mencegah penularan varian delta, dengan meningkatkan jumlah testing atau pemeriksaan, dan tracing atau memperluas jangkauan pelacakan kontak erat. Selain itu, percepatan proses vaksinasi Covid-19 juga dilakukan.

Sementara itu, hasil pemeriksaan Balitbangkes Kemenkes menunjukkan peningkatan kasus penularan varian delta sebanyak 132 kasus dalam kurun waktu dua hari. Berdasarkan laporan per 27 Agustus 2021 melalui www.litbang.kemkes.go.id, Rabu (1/9), tercatat 2.229 kasus varian Delta di Indonesia. Padahal, dalam laporan per 25 Agustus, hanya berjumlah 2.097 kasus dan masih menyebar di 31 provinsi Indonesia.

Data www.litbang.kemkes.go.id menunjukkan terdapat sebanyak 75 kasus varian delta di Sumbar dari 268 sampel GWS yang diperiksa. Sementara itu, DKI Jakarta tercatat sebagai daerah dengan kasus penularan varian delta tertinggi dengan 751 kasus, lalu Jawa Barat 322 kasus, dan Kalimantan Timur 299 kasus. Sementara itu, Sulawesi Barat menjadi satu-satunya provinsi yang belum ditemukan kasus penularan varian delta.

Varian Baru

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah terus memantau perkembangan berbagai varian baru Covid-19 di dunia. Termasuk di antaranya adalah varian Lambda yang muncul di Amerika Serikat (AS).

“Semakin dunia menunda vaksinasi, pasti di satu daerah ada penularan, varian baru muncul karena penularan. Sampai sekarang ada varian baru yang under investigation seperti varian lamda, api memang kita lihat itu masih terkonsentrasi di Amerika Serikat,” kata Budi sebagaimana dikutip dari Tempo.co.

Ia menambahkan, untuk mengantisipasi berbagai varian baru tersebut, pemerintah sudah melakukan 5.788 tes whole genome sequencing (WGS) selama 8 bulan terakhir. Angka tes ini jauh lebih besar dibanding pada medio 2020 lalu yang hanya bisa melaksanakan 140 tes dalam kurun waktu 9 bulan.

“Kita punya kapasitas 1.700-1.800 tes per bulan. Kita akan maksimalkan untuk bisa monitoring seperti apa penyebaran varian baru ini dan bagaimana kita mengantisipasinya,” kata Budi.

Menurutnya, penyebaran dan kontrol varian baru ini di luar kemampuan dan tak tertebak. Namun, ia menegaskan bahwa langkah preventif dan cara Indonesia bereaksi terhadap mutasi baru akan terus dipersiapkan. Apalagi, varian baru Covid-19 memiliki riwayat yang bisa memperburuk situasi penanganan pandemi di suatu negara, seperti varian Delta yang menyebabkan kenaikan kasus di berbagai negara. (*)

Darwina/hantaran.co