PADANG, hantaran.co — Produk kebudayaan dari tiga desa tiga desa di Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai dipamerkan di Ballroom Universitas Negeri Padang (UNP) selama 18-20 Agustus 2021. Pameran ini digelar guna mendukung program pengembangan ekowisata di Sumatra Barat, khususnya Mentawai.
Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mennyebutkan, Mentawai merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki banyak pesona di Sumbar. Selama ini, ucapnya, sebagian besar wisatawan mancanegara tersedot ke daerah ini.
Dengan adanya pengembangan ekowisata yang menitikberatkan pada sektor kebudayaan, menurutnya akan membuat pilihan wisatawan menjadi lebih beragam. Tak lagi hanya menikmati keindahan alam, melainkan juga kebudayaan.
Ia menambahkan, dengan pilihan yang beragam tersebut diharapkan wisatawan akan tinggal lebih lama di Mentawai, sehingga perekonomian masyarakat bisa bergerak dengan cepat, yang pada akhirnya juga akan menguntungkan daerah.
Ia mengatakan, pariwisata adalah salah satu program unggulan yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumbar Tahun 2021-2026. Dengan kata lain, sangat sejalan dengan pengembangan ekowisata yang sedang dilakukan.
Mahyeldi juga mengapresiasi UNP yang telah bersedia memfasilitasi pemeran yang dilakukan untuk memperkenalkan produk hasil kekayaan budaya masyarakat Siberut Selatan.
Sementara itu, Manajer Proyek Pengembangan Ekowisata Mentawai, Rina Suprina dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Jakarta mengatakan, sebelum memutuskan Taman Nasional Siberut sebagai lokasi pengembangan ekowisata, ada opsi lain yang dimiliki, yaitu Taman Nasional Leuser.
Namun setelah riset dan pengumpulan data, diputuskan memilih Taman Nasional Siberut di Siberut Selatan. “Ada lima desa di Siberut Selatan. Namun setelah pengkajian lebih dalam, maka dipilih tiga desa untuk diberikan pembinaan dan pendampingan dalam pengembangan ekowisata sebagai penunjang Taman Nasional Siberut,” tuturnya.
Tiga desa itu masing-masing Madobak Ugai, Matotonan, dan Muntei. Ketiganya dinilai memiliki banyak kelebihan diantaranya dalam bidang budaya. “Setelah proses menghimpun data, memuktahirkan, dan menyinergikannya dengan program Pemkab Mentawai, maka dipilih kebudayaan sebagai dasar pengembangan ekowisata,” katanya.
Ia mengatakan, kebudayaan yang ada di Mentawai adalah aset yang belum terkelola baik dalam cara pendang kepariwisataan. “Kami menilai ini adalah ‘berlian’ yang masih tersimpan. Kami berusaha mengangkat dan memoles untuk menaikkan posisi ‘berlian’ itu ke atas agar bisa dikenal, diapresiasi, dan dinikmati,” katanya.
Namun usaha yang dilakukan itu masih merupakan langkah awal. Pengambil kebijakanlah yang dapat melanjutkannya agar benar-benar bisa menjadi daya tarik wisata yang mampu menyedot perhatian dunia. (*)
Hamdani/hantaran.co