Fokus

Obat-obatan Alternatif untuk Covid-19 Dinilai Belum Terbukti

7
×

Obat-obatan Alternatif untuk Covid-19 Dinilai Belum Terbukti

Sebarkan artikel ini
Nasional
ISOLASI MANDIRI—Petugas medis mengawasi pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di Perumahan Nelayan di Jalan Flamboyan, Lubuk Buaya, Padang, Selasa (6/7). Untuk meningkatkan imunitas dalam melawan Covid-19, pasien yang menjalani isoman tersebut diharuskan untuk rutin berolahraga dan menjaga pola hidup sehat. TIO FURQAN

Pola hidup sehat yang paling penting, terlebih untuk pasien yang menjalani isolasi mandiri. Pola hidup sehat, makan yang cukup, serta berpikiran positif itu jauh lebih baik daripada mengonsumsi obat-obatan yang belum jelas akan berdampak.

DR. POM HARRY SATRIA

Ketua IDI Wilayah Sumatra Barat

PADANG, hantaran.co — Kendati belum terbukti secara medis,sejumlah tanaman atau dedaunan kerap dipercaya dapat menyembuhkan pasien yang terpapar Covid-19. Ditambah dengan semakin meningkatnya kasus dan langkanya obat-obatan terapi Covid-19, keberadaan obat-abatan alternatif ini semakin dicari masyarakat.

Menanggapi fenomena ini, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Sumatra Barat, dr. Pom Harry Satria mengatakan, secara medis, obat di luar medis tidak dipahami efek kerja dan efek obatnya. Ia khawatir tidak banyak dari obat-obatan alternatif itu yang memberi manfaat secara medis.

Sebagai antisipasi melawan Covid-19, dr. Pom lebih menyarankan untuk menjaga pola hidup sehat dan pola makan teratur. Di samping juga menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan mengikuti vaksinasi.

“Pola hidup sehat yang paling penting, terlebih untuk pasien-pasien yang menjalani isolasi mandiri. Pola hidup sehat, pola makan yang cukup, serta berpikiran positif itu jauh lebih baik daripada mengonsumsi obat-obatan yang belum jelas akan berdampak,” tuturnya kepada Haluan, Jumat (30/1).

Hal senada juga disampaikan dr. Prima Nanda. Menurutnya, belum ada penelitian terkait yang menyebutkan obat-obatan herbal dan alternatif bisa melawan Covid-19.

“Kalau mau jawaban yang benar tentang apakah ada pengaruhnya dan seberapa efektif obat-abatan alternatif ini, tentu harus diteliti dulu. Semakin besar penelitiannya, semakin evidence based obat-obatan itu. Masalahnya, obat-obatan alternatif itu seringkali tidak evidence based. Kita tidak tahu apa isinya, serta berapa kadar dan takarannya. Makanya, pemberian obat medis melalui saran yang terukur, serta vitamin dengan dosis yang tepat,” kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) itu.

Ia menambahkan, Covid-19 disebabnya oleh virus, sementara sebagian penyakit akibat virus merupakan self limiting disease (bisa menyembuhkan diri sendiri). “Contohnya, demam berdarah. Tapi dengan syarat tidak ada kerusakan organ lain selama infeksinya. Jadi, mau minum apapun, ya kelar juga sakitnya,” ujar dr. Prima.

Tanggapan lain disampaikan dr. Fakhry yang pernah menjadi relawan Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Secara teori, ucapnya, belum ada obat yang benar-benar langsung membunuh virus Corona yang menyebabkan Covid-19. Obat yang ada saat ini hanya untuk memperkecil efek, belum benar-benar membunuh virus.

“Penggunaan herbal biasanya untuk meningkatkan daya tahan tubuh, tapi tidak ada jaminan bisa membunuh virus Corona tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, dr. Adam mengatakan, salah satu obat yang diinformasikan dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan Covid-19 adalah daun sambiloto. Bahkan adaj uga yang menyebut meminum minyak kayu putih dan lain sebagainya. Ia menyebut informasi ini dapat menimbulkan pertanyaan dan kebingungan di tengah-tengah masyarakat.

“Daun sambiloto memang terkenal sebagai obat tradisiona di beberapa negara untuk demam, pilek, dan beberapa inveksi virus. Namun, belum ada bukti ilmiah yang cukup. Karena untuk membuktikannya butuh hasil uji klinis fase 3 dengan desain studi yang baik, jumlah sampel besar, dan hasil konsisten,” tuturnya.

Biarpun demikian, ia menyebut daun sambiloto boleh dikonsumsi selama tidak dianggap sesuatu yang pasti bisa mencegah dan mengobati Covid-19. Sambiloto, ucapnya, termasuk relatif aman. Hanya saja, tetap memiliki efek samping, seperti alergi, sakit kepala, nyeri, pembengkakan kelenjar getah bening, mual, dan diare.

Hal tersebut juga berlaku untuk minyak kayu putih yang belum terbukti mencegah dan menyembuhkan Covid-19. Ia menyebut, meminum minyak kayu putih malah akan beresiko merusak sistem saraf dan pernapasan. “Minyak kayu putih yang notabene penggunaannya di luar tutbuh berbahaya untuk diminum,” ujarnya.

Secara terpisah, salah seorang penyintas Covid-19, Yuni (26) mengatakan, dirinya mengonsumsi minuman herbal selama dinyatakan positif terpapar Covid-19. Beberapa obat-obatan alternatif yang ia konsumsi seperti jahe, lemon, kunyit asam, dan minuman temulawak yang telah dikemas.

Meskipun tidak terlalu percaya efek obat-obatan herbal atau alternatif bisa mengobati Covid-19, tetapi menurut Yuni minuman herbal yang diminumnya bisa membuat tutbuhnya lebih nyaman.

“”Setidaknya dalam pikiran saya udah ada mindset udah beralih dari biasanya minum kopi di kafe-kafe jadi mengonsumsi minuman herbal. Lebih sehat gitu rasanya,” ujar Yuni.

Hal lain dikatakan ibu satu orang anak, Ranny Rahayu (25). Ia bersama suami yang terpapar Covid-19 secara bersamaan, turut mencoba berbagai pengobatan herbal dan vitamin.

“Saat positif. Ada yang dikasih mertua dan saran dari tetangga, berupa vitamin-vitamin dan juga minum susu Bear Brand yang sedang viral. Lalu air kelapa muda ditambah madu. Tapi taidak tahu juga efeknya Bagaimana. Alhamdulillah sekarang udah sembuh, karena kami juga cuma menderita gejala ringan,””tuturnya.

Ia menyebut tidak terlalu memusingkan saat terpapar Covid-19, dan lebih mengelola pikirannya tetap positif. “Tidak terlalu tergantung pada obat-obatan sih. Karena kami isolasi mandiri di rumah. Terus sama suami juga saling menguatkan saja,” ucapnya. (*)

Yesi/hantaran.co