Kesehatan

Jumlah Pasien Covid-19 Wafat di Sumbar Terus Meningkat

8
×

Jumlah Pasien Covid-19 Wafat di Sumbar Terus Meningkat

Sebarkan artikel ini
Sumbar
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sumbar, Defriman Djafri. IST

PADANG, hantaran.co — Kasus kematian pasien Covid-19 di Sumatra Barat (Sumbar) naik drastis dengan 279 kejadian sepanjang Juli 2021. Faktor keterbatasan dalam penanganan medis ditengarai menjadi salah satu penyebab. Sementara itu, Satgas Nasional Penanganan Covid-19 mencatat tingkat kematian naik hingga 36 persen dalam satu pekan terakhir.

Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Sumbar, Defriman Djafri, mengatakan, bila fakta ini tidak diantisipasi segera, maka laju pasien Covid-19 yang wafat diperkirakan semakin meningkat. Sebelumnya, peningkatan kasus sudah mulai terlihat sejak Maret 2021, dan terus mengalami kenaikan sampai bulan ini.

“Belum genap 30 hari bulan Juli ini, angka kematian dilaporkan sudah 250 lebih. Belajar dari Agustus 2020, laju kematian meningkat tajam sampai Oktober 2020. Jangan sampai, pada tahun ini angkanya akan lebih dari itu,” ujar Defriman kepada Haluan, Kamis (29/7/2021).

Berdasarkan data pada laman corona.sumbarprov.go.id, tercatat jumlah kasus kematian di Sumbar sejak 1 hingga 29 Juli sebanyak 279 orang. Sementara itu, Data Satgas Nasional mencatat jumlah kematian pasien Covid-19 di Sumbar pada Juni berjumlah 191 kasus, Mei 200 kasus, April 116 kasus, Maret 40 kasus, Februari 45 kasus, dan Junuari 97 kasus. Ada pun total kasus kematian di Sumbar sudah mencapai 1.466 kasus.

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Univeristas Andalas (FKM Unand) itu menduga, meningkatnya kasus kematian pasien Covid-19 di Sumbar disebabkan kondisi pasien Covid-19 yang terlambat mendapatkan bantuan medis karena terbatasanya kemampuan SDM Nakes dan peralatan. Meski pun, tetap butuh pembuktian secara medis untuk mengetahui penyebab kematian tersebut.

“Kemungkinan karena tidak terlayani, banyak pasien yang mungkin meninggal karena respons medis yang tidak memadai. Namun untuk penyebab secara medis, harus detail, kita harus mengurai dari data medical record, apakah ini menjadi penyebab langsung atau tidak,” ujarnya.

Menurut Defriman, pemerintah perlu membuka data medical record dan melakukan analisis secara menyeluruh dan tajam untuk melihat faktor penyebab terjadinya peningkatan kasus kematian pasien Covid-19 tersebut. Selain itu, dengan demikian juga bisa diketahui risiko-risiko yang kemudian dapat diantisipasi.

Pemerintah, sambung Defriman, juga harus segera melakukan perbaikan dan penambahan kapasitas rumah sakit dalam upaya menekan angka kematian. Sebab, saat ini kondisi rumah sakit di Sumbar sudah cukup kewalahan dalam memberikan perawatan bagi pasien Covid-19.

“Di sisi lain, pemerintah masih terus berupaya memperkuat di sektor hulu, agar bisa mencegah lonjakan yang terjadi di hilir. Memberikan pemahaman kepada masyarakat saat ini penting sekali agar disiplin Prokes di setiap aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan,” katanya lagi.

Menurut Defriman, lonjakan kasus positif dan jumlah kematian di Sumbar, diduga masih merupakan dampak dari beberapa hari libur yang cukup panjang. Sebab, saat itu mobilitas warga cukup tinggi dan berpotensi memicu penularan.

“Peningkatan kasus yang terjadi belakangan berdasarkan analisa yang dilakukan, masih rangkaian dari tingginya mobilitas penduduk saat Idulfitri lalu. Jika kita paham, critical atau tanda krisis itu sudah terlihat sejak awal Maret. Mobilitas yang tinggi dan diikuti ketidaktaatan pada prokes, menyebabkan penularan yang masif dan kasus kematian meningkat,” kata Defriman.

Awasi Pasien Isoman

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar, Arry Yuswandi, menyebutkan, meningkatnya jumlah kematian pasien Covid-19 di Sumbar karena kasus terkonfirmasi positif yang juga melonjak sejak awal bulan. Selain itu, katanya, kondisi rumah sakit yang penuh juga menyebabkan angka kasus terus meningkat.

“Salah satu penyebabnya adalah pertambahan kasus positif atau infeksi harian yang melonjak. Kemudian, penuhnya rumah sakit untuk merawat pasien, antre butuh ICU. Lalu kita juga sempat kekurangan oksigen. Faktor penyebab ini saling berkaitan dan menyebabkan tingginya angka kematian,” kata Arry, Kamis (29/7/2021).

Menurut Arry, dari kasus kematian Covid-19, rata-rata warga Sumbar yang meninggal merupakan kelompok lanjut usia, lalu pasien yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan. Selain itu, saat ini, Dinkes Sumbar juga tengah mewaspadai adanya kasus meninggal pada pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman).

Ia menambahkan, hal lain yang juga mengkhawatirkan pasien positif yang tidak diperiksa dan kemudian ternyata mengalami gejala berat seperti sesak napas. Hal ini, katanya, sangat berisiko berujung pada kematian.

Meski demikian, kata Arry, dalam menekan laju kematian Covid-19, Pemprov Sumbar terus berupaya mendeteksi penularan kasus sedini mungkin, dengan meningkatkan jumlah pemeriksaan dan pelacakan kontak erat kasus positif. Ia juga meminta peran aktif masyarakat untuk menjaga diri dari potensi penularan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

“Kalau kita bergerak ke hulu, pandemi ini tidak akan pernah selesai, kalau kita hanya nilai penanganan di rumah sakit, misalnya kita tambah tempat tidur, kita siapkan oksigen, kita tambah tenaga kesehatan, itu tidak akan pernah cukup,” ujarnya.

Data Nasional

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, mengatakan, tren kasus kematian pasien Covid-19 mengalami kenaikan hingga 36 persen dalam satu pekan terakhir. Sementara itu tren penambahan kasus menurun sekitar 17 persen.

“Secara nasional kita melihat penurunan kasus sebesar 17 persen dibandingkan minggu sebelumnya, yang tentunya ini berkaitan dengan fluktuasi testing yang kita lakukan. Sementara itu kasus kematian pada kasus konfirmasi tercatat meningkat sebesar 36 persen,” ujar Nadia dalam konferensi pers daring, Rabu (28/7/2021).

Selain itu, kata Nadia, dari sisi kasus kematian, jumlah daerah terkategori level 4 atau level tertinggi meningkat dari enam provinsi pada pekan lalu, menjadi tujuh provinsi pekan ini. Salah satu kategori level tertinggi ini adalah adanya lebih dari lima kasus kematian per 100.000 penduduk. Yaitu DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Papua Barat, dan Bangka Belitung.

“Kewaspadaan perlu ditingkatkan dengan adanya mutasi virus dari varian Delta. Dari 3.647 sampel yang diperiksa, varian Delta sudah mendominasi sebanyak 86 persen. Sampel tersebut berasal dari 24 provinsi sehingga persebaran varian dengan tingkat penularan yang tinggi ini sudah hampir merata di Indonesia,” kata Nadia. (*)

Riga/Darwina/hantaran.co