Ada ruangan yang masih tersedia, tetapi belum ada tempat tidurnya, termasuk alat medis penanganan Covid-19 bergejala berat seperti ventilator. Kami akan segera komunikasi ke pusat untuk meminta bantuan peralatan yang diperlukan.
Mahyeldi
Gubernur Sumbar
PADANG, hantaran.co — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Barat meminta rumah sakit (RS) di daerah untuk menyeleksi ketat gejala pasien Covid-19 sebelum mengirimkan rujukan ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr M Djamil. Sebab saat ini, rumah sakit yang menjadi benteng terakhir penanganan pasien Covid-19 dengan gejala berat itu juga mulai mengalami keterbatasan
Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, saat ini secara keseluruhan di Sumbar, tingkat keterisian ruman sakit atau Bed Ocupancy Rate (BOR) sudah mencapai 77 persen. Khusus untuk RSUP Dr. M. Djamil, meski saat ini tempat tidur masih tersedia, tetapi potensi terjadinya kepenuhan kapasitas tetap perlu dilakukan.
“Kami meminta rumah sakit lain di Sumbar untuk bisa memilah pasien, agar tidak mengirimkan semua pasien ke RSUP M Djamil supaya tidak terjadi penumpukan pasien di sini,” ujar Mahyeldi saat meninjau kondisi penanganan pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan nasional tersebut, Senin (26/7/2021).
Dalam kesempatan itu, Mahyeldi mendapati ruangan yang masih tersedia, akan tetapi belum memiliki tempat tidur, termasuk alat medis penanganan Covid-19 bergejala berat seperti ventilator. Ia pun berjanji akan segera berkomunikasi dengan pemerintah pusat untuk meminta bantuan peralatan yang diperlukan.
Di sisi lain, Mahyeldi mengapresiasi jajaran RSUP Dr. M Djamil serta para tenaga kesehatan (nakes) dan relawan yang terus berjuan sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19 di Sumbar. Ia pun mendoakan agar selalu diberi kesehatan, terutama saat menunaikan pekerjaan.
“Pihak rumah sakit tentu saja telah memberikan segala upaya hingga batas maksimal agar semua pasien yang masuk ruang ke sini bisa pulih. Apresiasi untuk keikhlasan dan komitmen para tenaga kesehatan yang melakukan usaha terbaik dalam melayani pasien Covid-19,” ujarnya.
Mahyeldi pun mengingatkan agar seluruh masyarakat ikut serta dalam pengendalian pandemi dengan cara menerapkan protokol kesehatan (prokes), agar terhindar dari potensi tertular Covid-19. Mahyeldi terus meminta dukungan dari seluruh pihak agar pandemi kembali terkendali di Sumbar.
BOR Sudah 77 Persen
Di waktu bersamaan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar, Arry Yuswandi mengatakan, bahwa tingkat keterisian rumah sakit di Sumbar saat ini sudah mencapai 77 persen. Angka itu mengalami peningkatan dari sebelumnya pada kisaran 72 persen.
“Peningkatan terjadi seiring meningkatnya kasus positif Covid-19. Keterisian rumah sakit sangat tergantung dengan penambahan jumlah kasus positif setiap hari. Kita semua harus patuh dan disiplin melaksanakan protokol kesehatan,” kata Arry.
Ia menyebutkan, Dinkes Sumbar sudah meminta agar seluruh kabupaten/kota untuk mengkonversi tempat tidur dengan menambah kapasitas daya tampung bagi pasien Covid-19. Dengan ketentuan, untuk daerah dengan BOR zona merah, harus menyediakan tempat tidur minimal 40 persen, sedangkan BOR zona oranye minimal 30 persen tempat tidur untuk pelayanan Covid-19.
“Pemprov sudah menyurati semua kepala daerah agar menambah tempat tidur di rumah sakit daerah masing-masing. Kita terus evaluasi keterisian BOR setiap kabupaten/kota. Di Kota Padang, sudah ada penambahan tempat tidur di rumah sakit BMC dan RS Unand,” kata Arry.
Satgas Oksigen
Selain itu, sambung Arry, untuk memperkuat perawatan di rumah sakit, Dinkes Sumbar juga akan membentuk Satgas Oksigen yang akan bertugas mendata dan mengatur ketersediaan dan pendistribusian oksiden ke rumah sakit. Seperti diketahui, beberapa waktu lalu sejumlah rumah sakit di Sumbar melaporkan kekurangan oksigen.
“Kita di Sumbar sedang membentuk tim satgas oksigen dan sedang mempersiapkan SK-nya. Ini agar bisa berbagi peran menyiapkan kebutuhan oksigen setiap hari. Kita akan coba pendataannya agar lebih baik, Sehingga nanti ada oksigen masuk, bisa dieksekusi langsung oleh satgas oksigen,” tutur Arry.
Kepala Laboratorium Unand, Andani Eka Putra Andani menilai bahwa, kondisi rumah sakit di Sumbar cukup rawan kolaps dibanding rumah sakit yang di Pulau Jawa yang dilaporkan penuh akan pasien dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini dikarenakan, jumlah dan fasilitas rumah sakit di Sumbar tidak selengkap dengan kondisi rumah sakit di Jawa.
“Kalau terjadi ledakan kasus Covid-19 kita tidak bisa apa-apa lagi, fasilitas kita di rumah sakit tidak selengkap di Jawa malah dibanding Riau kita masih kalah, oksigen kita sudah sulit didapatkan,” ujarnya. (*)
Darwina/hantaran.co