Kesehatan

Lonjakan Kasus Bisa Lahirkan Varian Baru Corona

8
×

Lonjakan Kasus Bisa Lahirkan Varian Baru Corona

Sebarkan artikel ini
Keliling
PERCEPAT PEMERIKSAAN—Warga menjalani pengambilan sampel swab antigen dan PCR (polymerase chain reaction) pada fasilitas mobil Swab Keliling Dinas Kesehatan UPTD Laboratorium Kesehatan Sumbar, Jumat (23/7). IST/BIROADPIMSUMBAR

PADANG, hantaran.co — Tim penanganan Covid-19 RSUP Dr. M. Djamil menilai jika penularan Covid-19 di suatu populasi semakin tinggi, maka semakin besar potensi lahirnya mutasi atau varian baru virus corona yang lebih berbahaya bagi tubuh. Hal ini perlu diantisipasi mengingat jumlah kasus aktif Covid-19 di Sumbar sudah menyentuh angka 10 ribu kasus.

Anggota Tim Penanganan Covid-19 RSUP Dr. M Djamil, Muhammad Riendra, mengatakan, virus SARS-CoV-2 memiliki sifat yang mudah bermutasi, sehingga bisa dengan cepat memunculkan beberapa varian baru. Hal ini juga berdampak pada kemampuan menular virus yang bisa lebih cepat.

“Mutasi-mutasi baru virus juga akan meningkatkan risiko terhadap manusia, baik secara transmisi, virulensi, dan juga berpotensi menyebabkan efektivitas vaksin jadi turun,” kata Riendra dalam webinar “Jumat Berbagi” yang diselenggarakan BPS Sumbar, Jumat (23/7/2021).

Menurut Riendra, lonjakan kasus penularan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, termasuk di Sumbar, tidak menutup kemungkinan karena varian baru dari mutasi virus sudah muncul. Ia memisalkan, Covid-19 varian Delta yang menyebar di beberapa daerah di Indonesia, saat ini 60 persen lebih kuat transimisi atau penyebaranya ketimbang varian sebelumnya.

“Varian Delta meningkatkan jumlah pasien rawat inap di rumah sakit dan ini mengkhawatirkan. Sebab, varian ini bisa menghasilkan penyakit lebih berat dan hospitalisasi meningkat dua kali lipat. Varian ini yang paling banyak ditemukan di Indonesia ketimbang Varian Alpha dan Beta,” katanya.

Riendra menambahkan, dalam upaya menjaga diri dari potensi terinfeksi varian baru, adalah dengan tetap patuh pada penerapan protokol kesehatan (prokes) dan selalu menjalankan 5M. Seperti dalam penggunaan masker, saat ini WHO menganjurkan untuk menggunakan dua lapis masker saat berada di luar rumah.

Selain itu, kata Riendra, hal yang juga harus diperhatikan adalah menjaga daya tahan tubuh dengan berolahraga dan mengusahakan bisa terkena sinar matahari pagi selama 10 hingga 15 menit. Serta, istirahat yang cukup dan konsumsi makanan dengan gizi seimbang.

“Tak kalah penting adalah kesehatan mental dan jiwa, usahakan agar bisa terus bahagia, jangan stres. Jika pikiran atau mindset buruk, maka akan berdampak menurunnya imun dalam tubuh,” katanya lagi.

10 Ribu Kasus Aktif

Sementara itu, dikutip dari laman resmi corona.sumbarpov.go.id, jumlah kasus aktif Covid-19 di Sumbar sudah mencapai 10.125 kasus, dari total kasus kumulatif positif per Jumat (23/7) sebanyak 64.523 kasus. Ada pun untuk kasus meninggal dunia, tercatat 1.377 kematian dan kasus sembuh sebanyak 53.021 orang.

Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) Dr. dr. Andani Eka Putra mengatakan, kondisi penularan Covid-19 di Sumbar saat ini kian mengkhawatirkan. Ditambah lagi dengan kondisi rumah sakit yang rawan mengalami kolaps untuk menampung pasien.

“Saya mengatakan kondisi kita sangat sangat rawan, fenomena yang terjadi di Pulau Jawa, rumah sakit yang penuh juga terjadi di daerah kita,” ujar Andani dalam webinar, Jumat (23/7/2021).

Ia memisalkan, kondisi penularan di sejumlah daerah di Pulau Jawa yang terus meningkat, seperti di Surabaya rumah sakit sudah penuh dan tidak bisa menampung pasien. Hal ini kemudian membuat para pasien Covid-19 terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Namun, sambung Andani, fenomena yang terjadi saat ini adalah banyak pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah berujung dengan kematian, karena tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat selama menjalani isolasi.

“Banyak pasien yang isolasi di rumah sendiri karena rumah sakit penuh. Sekarang, sejak 1 Juni, ada 3ribu orang yang isolasi mandiri, kemudian meninggal di rumah. Padahal, sekitar 95 persen dari 3r ibu orang tersbut bisa diselamatkan jika mendapatkan pertolongan yang tepat dan cepat,” ujarnya.

Andani mengungkapkan, bahwa kasus kematian warga yang menjalani isolasi mandiri di Sumbar juga ditemukan, karena kondisi rumah sakit yang sudah tidak mampu menampung pasien. Di samping itu, rumah sakit di Sumbar juga mulai kekurangan stok oksigen untuk perawatan pasien Covid-19. “Kalau terjadi ledakan kasus di Sumbar, kita tidak bisa apa-apa lagi. Fasilitas kita di rumah sakit tidak selengkap di Jawa. Oksigen kita sudah sulit didapatkan. Tadi malam pihak rumah sakit sudah menjerit kesulitan mendapatkan oksigen,” ujarnya. (*)

Riga/Yesi/hantaran.co