Ekonomi

PPKM di Bukittinggi, Pengusaha Homestay Semakin Terjepit

7
×

PPKM di Bukittinggi, Pengusaha Homestay Semakin Terjepit

Sebarkan artikel ini
ppkm buktinggi homestay
HOMESTAY - Meskipun tidak ada tamu, Yarno Malin tetap merapikan homestay nya yang beralamat di Jalan Jambak Muko Kelurahan Bukit Apit Puhun Kecamatan Guguk Panjang, Bukittinggi, Selasa (13/7). YURSIL.

BUKITTINGGI, hantaran.co–Sejak diberlakukannya Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat ekonomi masyarakat semakin hancur. Sedangkan bantuan akibat pemberlakukan PPKM belum ada.

Salah seorang pemilik homestay, Yarno Malin mengatakan, sejak pemberlakuan PPKM, banyak bookingan kamar yang dibatalkan. Akibatnya, Malins Homestay mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.

Ia menceritakan, sebelumnya ia mempunyai usaha tour dan travel di Bukittinggi. Namun, sejak pandemi covid 19 melanda, usaha tour dan travelnya vakum. Kemudian untuk menupang ekonomi keluarga ia membuka usaha homestay.

“Alhamdulillah, usai lebaran kemaren, tingkat hunian homestay mulai meningkat. Wisatawan dari berbagai daerah seperi Jambi, Bengkulu, Panyabungan dan Riau mulai berdatangan ke Bukittinggi. Namun, kondisi itu tidak bertahan lama,” kata Yarno Malin kepada Hantaran.co, Selasa (13/7).

Namun, semenjak diberlakukan PPKM dan penutupan objek wisata, kunjungan ke Bukittinggi kembali sepi bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini tentu sangat berdampak pada tingkat hunian homestay.

Saat ini jelasnya, sudah tidak tahu lagi harus usaha apa. Bukan bangkrut lagi, tapi sudah dua kali bangkrut. Ibarat tumbuhan, tidak ada lagi pucuk yang diharapkan untuk tumbuh.

Ia menambahkan, kunjungan homestay yang ramai biasanya setiap akhir pekan atau setiap hari Kamis, Jumat dan Sabtu. Rata-rata pendatang adalah wisatawan. Semenjak penutupan objek wisata dan penyekatan masuk Kota Bukittinggi pengunjung tidak ada lagi.

“Ngapain orang datang ke Bukittinggi kalau hanya untuk tidur. Mereka ingin berwisata dan menikmati Kota Bukittinggi yang indah dan sejuk,” katanya.

Ia mendukung berbagai program pemerintah dalam memutus mata rantai covid 19. Namun, berbagai kebijakan yang diterapkan selama ini tidak ada hasilnya, malah memperparah keadaaan. Ketika tempat wisata ditutup dan jalan disekat dimana-mana, angka penyebaran covid tetap tinggi bukan menurun.

Negatifnya, ekonomi menjadi down, angka kemiskinan meningkat karena masyarakat tidak bisa bekerja dan berusaha. Hal ini sangat perlu dikaji pemerintah. Semakin banyak orang menjadi miskin, bukan mati karena covid, tapi mati perlahan-lahan karena kemiskinan, orang jadi stress, angka perceraian tinggi.

Yarno Malin juga menyayangkan tidak adanya bantuan dari pemerintah saat penerapan PPKM. Disaat gerak masyarakat dibatasi dalam berusaha, tidak ada bantuan dari pemerintah untuk masyarakat dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari.

“Kami berharap pemerintah kembali mengkaji tentang kebijakan penutupan objek wisata, apalagi saat akhir pekan dan libur nasional. Hal itu sangat merugikan pelaku usaha,” tuturnya.

(Yusril/Hantaran.co).