Kesehatan

Andani : Pelacakan Varian Delta Terkendala Dana

9
×

Andani : Pelacakan Varian Delta Terkendala Dana

Sebarkan artikel ini

PADANG, hantaran.co —Dinas Kesehatan Sumatra Barat (Dinkes Sumbar) menduga salah satu penyebab lonjakan kasus positif Covid-19 akhir-akhir ini adalah mulai menyebarnya varian baru virus corona di Sumbar.

Sementara itu, Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) mengaku terkendala anggaran untuk melacak keberadaan varian baru di Sumbar, termasuk varian delta.


Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi FK Unand, Dr. Andani Eka Putra, kepada Haluan mengatakan, pemeriksaan untuk mengetahui kasus Covid-19 dengan varian baru dilakukan dengan sistem pengurutan seluruh genom lewat Whole Genome Sequencing (WGS), yang membutuhkan anggaran cukup besar.


“Biaya yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan itu tidak sedikit. Kami sudah mencoba mengajukan ke beberapa pihak namun belum terealisasi sampai sekarang. Namun, kami terus berusaha. Semoga dalam waktu dekat dananya ada dan akan segera dilakukan pemeriksaan,” kata Andani, Minggu (4/7/2021).


Sebelumnya, pada Maret lalu, Laboratorium FK Unand baru saja menyelesaikan pemeriksan terhadap 120 sampel dengan hasil dugaan sementara bahwa kasus penularan Covid-19 di Sumbar didominasi oleh mutasi virus corona jenis D164G. Virus jenis ini juga memiliki kemampuan menular lebih cepat dari virus corona sebelumnya.


Sementara itu, kata Andani, penularan kasus Covid-19 di Sumbar sudah berada pada posisi tidak terkendali. Hal ini terlihat dari angka rasio penambahan kasus atau Positivity Rate (PR) yang terus menigkat, yang dalam beberapa hari terakhir sudah menyentuh angka 20 persen.


“Ini masalah serius. Artinya kepadatan infeksi sangat tinggi di Sumbar. Untuk melihat terkendali atau tidaknya, bukan dilihat dari penambahan kasus, tapi dilihat dari Positivity Rate,” ujarnya.


Staf Alhi Kementerian Kesehatan itu mendorong, agar pemerintah daerah (Pemda) memberlakukan pembatasan ketat atau bahkan darurat demi menekan laju pertumbuhan kasus. Sebab, lonjakan kasus yang saat ini terjadi juga dipicu oleh tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dalam menerapkan protokol kesehatan.


Andani juga meminta, agar rasio tracing atau pelacakan kontak erat di Sumbar untuk ditingkatkan, terutama dalam kondisi lonjakan kasus saat ini. Menurutnya, kemampuan pelacakan kontak erat di Sumbar masih rendah, yaitu satu banding empat.


“Dengan PR yang tinggi, idealnya kontak tracing itu satu berbanding 15. Artinya, dari satu orang yang positif, mestinya dilakukan pemeriksaan kepada 15 orang. Sedangkan rasio kontak tracing di Sumbar saat ini hanya satu berbanding empat. Sangat jauh di bawah standar,” ujarnya.


Di sisi lain, Kepala Dinkes Sumbar Arry Yuswandi menyebutkan, meningkatkanya jumlah kasus positif Covid-19 diduga akibat adanya penularan dari varian baru dari Covid-19 yang sudah mulai masuk ke Sumbar. Namun pihaknya justru mengaku saat ini tengah melakukan pengujian di laboratorium.


“Kami menduga, ya, karena ada suatu kondisi yang cepat penularannya. Tapi kepastian (varian baru) itu belum ada, mesti dicek lagi di laboratorium. Tapi dilihat dari cepatnya penularan yang terjadi, indikasinya ke situ ada varian baru. Tapi ini baru dugaan saja,” kata Arry.


Data Satgas Covid-19 Sumbar per Minggu (4/7) menunjukkan, jumlah total kasus positif sudah mencapai 53.126 kasus, dengan kasus aktif sebanyak 4.021 orang. Sementara itu, jumlah pasien sembuh 47.889 dan pasien meninggal 1.216 orang.

Menurut Arry, dari temuan Dinkes di lapangan, mayoritas masyarakat yang positif terpapar Covid-19 di Sumbar didominasi oleh warga yang belum mendapatkan vaksin. Oleh karena itu, ia juga mendorong agar warga yang sudah masuk dalam kategori prioritas penerima vaksin, agar segera menjalani vaksinasi.

“Memang rata-rata setelah kami lihat data, kami cek, banyak yang terkena positif Covid-19 ini orang yang belum divaksin, ketimbang kelompok yang sudah menjalani vaksinasi,” kata Arry. (*)

hantaran.co