PADANG, hantaran.co— Masa depan bisnis bank syariah diprediksi cerah, khususnya di Sumatra Barat. Hal itu terlihat dari pertumbuhan bisnis bank syariah di Sumbar yang tumbuh positif pada kuartal pertama 2021. Selain itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) juga mencatatkan laba bersih Rp742 miliar, atau tumbuh 12,85 persen ketimbang periode yang sama pada tahun lalu.
Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar Misran Pasaribu menyebutkan, bisnis bank syariah mengalmi pertumbuhan sebesar 4 persen untuk pembiayaan syariah di Sumbar pada kuartal pertama 2021. Selain itu, aset syariah juga mengalami peningkatan hingga 7 persen.
“Dari datanya, memperlihatkan bahwa perbankan syariah di Sumbar tumbuh positif. Kalau dibanding konvensional tumbuh negatif. Pembiayaan bank syariah sampai aset semuanya tumbuh positif,” kata Misran.
Misran berpendapat, tren pertumbuhan positif bank syariah tersebut mampu mendukung perekonomian Sumatra Barat, terutama dalam pembiayaan program-proram Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), serta sektor-sektor ekonomi potensial Sumbar lainnya seperti pariwisata yang mulai bergerak ke industri wisata halal.
Perekonomian nasional, sambung Misran, sebagian besar ditopang oleh UMKM, di mana setiap daerah memiliki keunggulan produk masing-masing. Ia menilai, bank syariah akan mampu memberikan nilai tawar kepada pelaku UMKM dalam aspek pembiayaan usaha.
Selain itu, Misran menambahkan, saat ini bank syariah yang ada di Indonesia sudah merger menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI), gabungan perusahaan dari BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Mandiri Syariah. Hal ini, katanya akan menjadikan produk-produk syariah semakin lengkap.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Area Manager BSI Padang Budi Abdiriva. Ia mengamini bahwa bisnis bank syariah mengalami pertumbuhan positif pada kuartal I 2021. Ia menilai, setelah diresmikan BSI, keberadaan produk-produk syariah yang bisa diakses oleh masyarakat semakin lengkap.
Budi menyampaikan sejumlah produk unggulan BSI, seperti pembiayaan mikro yang difasilitasi oleh pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan opsi pembiayaan small, medium, serta pembiayaan komersil yang sifatnya sangat kompetitif ketimbang bank konvensional.
Selain itu, lanjut Budi, sebagai percepatan penetrasi syariah, untuk kalangan pegawai negeri, ASN, pegawai BUMN, dan pegawai Rumah Sakit, BSI juga menyediakan program berupa pembiayaan pemilikan rumah. Untuk meningkatkan daya tarik ASN atau pegawai BUMN program tersebut juga diberikan hadiah porsi haji.
“Produk-produk tersebut merupakan kombinasi dari merger tiga bank yang sudah didesain sehingga pada saat launching dan roll out semua masyarakat bisa menggunakan dan memanfaatkan layanan tersebut,” ujar Budi.
Sementara itu, pada kuartal I 2021 ini, BSI mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp742 miliar. Perolehan laba bank syariah BUMN itu tercatat tumbuh 12,85 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, yakni Rp657 miliar.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjabarkan, kenaikan laba didorong oleh ekspansi pembiayaan dan kenaikan dana murah yang mengoptimalkan biaya dana. Sehingga, keuntungan perusahaan menjadi lebih gemuk dan meningkat pada kuartal I 2021.
“Untuk meningkatkan kinerja, pada tahun ini BSI fokus ke empat hal di antaranya mendorong pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan, mengelola efisiensi, akselerasi kapabilitas digital, dan integrasi operasional pasca merger,” ujar Heri dikutip dari cnnindonesia.com, Jumat (21/5).
Selain itu, seiring dengan pertumbuhan laba, BSI juga mencatat kenaikan rasio profitabilitas dengan meningkatnya rasio ROE (Return on Equity) dari 11,19 persen pada Desember 2020 menjadi sebesar 14,12 persen per Maret 2021 lalu. Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk periode sama mencapai Rp205,5 triliun atau naik 14,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp179,8 triliun.
Hery menyebutkan, pertumbuhan tersebut didominasi oleh peningkatan dana murah (giro dan tabungan) sebesar 14,73 persen yang juga meningkatkan rasio CASA dari 57,54 persen pada kuartal I 2020 menjadi 57,76 persen pada kuartal I 2021. Sedangkan untuk total aset tercatat senilai Rp234,4 triliun atau naik 12,65 persen secara yoy dibanding periode sama 2020 sebesar Rp208,1 triliun.
BSI juga mencatat kenaikan rasio permodalan atau CAR menjadi 23,1 persen di periode itu. Ke depannya, sambung Hery, pihaknya bakal meningkatkan transaksi digital dengan menumbuhkan jumlah pengguna aktif yang saat ini tercatat sekitar 1 juta orang dari total terdaftar 3 juta pengguna.
“Saat ini, volume transaksi digital BSI hingga Maret 2021 menembus Rp40,85 triliun dengan kontribusi terbesar berasal dari transaksi melalui layanan BSI Mobile. Sepanjang Januari-Maret 2021, volume transaksi di BSI Mobile mencapai Rp17,3 triliun,” katanya.
Selain itu, kata Hery, dari sisi bisnis, BSI per akhir Maret 2021 sudah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp159 triliun, naik 14,74 persen dari periode sama 2020, Rp138,6 triliun. Segmen terbesar disumbang oleh pembiayaan konsumer sebesar Rp71,6 triliun atau 45 persen dari total pembiayaan. Lalu, segmen korporasi Rp37,3 triliun atau 23,5 persen, segmen UKM Rp20,8 triliun atau 13,1 persen, segmen mikro Rp15 triliun yang setara 9,4 persen, dan segmen komersial Rp9,6 triliun atau 6,1 persen.
(Yesi/Hantaran.co)