Ekonomi

Menteri KKP Dorong Sumbar Mengembangkan Budidaya Udang

4
×

Menteri KKP Dorong Sumbar Mengembangkan Budidaya Udang

Sebarkan artikel ini
KKP
GUBERNUR Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Gubernur Audy Joinaldy, tengah berbincang dengan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono, di Kantor KKP, Jakarta, Rabu (19/5). IST/HUMAS PEMPROV

JAKARTA, HALUAN — Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mendorong pengembangan budidaya udang di Sumatra Barat, mengingat potensi lahan yang tersedia begitu besar. Pasar udang yang menjanjikan dan tersedianya teknologi untuk meningkatkan produksi, turut menjadi alasannya mendorong Pemda mengembangkan komoditas perikanan itu.

Hal itu disampaikan Menteri Trenggono saat berdialog dengan Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Gubernur Sumbar Audi Joinaldy beserta jajaran di Kantor KKP, Rabu (19/5). Trenggono menyebut, Sumbar memiliki potensi tambak perikanan air payau seluas 7.700 hektare, tetapi baru termanfaatkan 150 hektare.

“Itu baru untuk tambak udang vaname yang jumlah produksinya tahun lalu mencapai 2.063 ton, dan seluruhnya didistribusikan untuk kebutuhan pasar lokal. Padahal pasar udang besar sekali, yakni USD24 miliar dolar per tahun di dunia. Itu peluang bagi kita,” ujar Trenggono kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar.

Ia mengatakan, KKP saat ini memang tengah menggenjot produktivitas tambak udang, khususnya jenis vaname. Hal tersebut seiring target peningkatan ekspor sebesar 250 persen hingga tahun 2024.

Untuk mencapai target itu, KKP telah meluncurkan beberapa program, di antaranya tambak udang milenial, klaster tambak udang berkelanjutan, dan yang terbaru, shrimp estate. Operasional tambak-tambak tersebut berbasis teknologi dan ramah lingkungan.

Teknologi tambak yang banyak dipakai saat ini meliputi semi-intensif, intensif, bahkan ada yang supra-intensif, dengan hasil panen mencapai puluhan ton udang vaname per hektare. Jauh lebih tinggi dibanding tambak udang konvensional yang hasil produksinya sekitar satu ton per hektare, bahkan kurang dari itu.

Meski mendorong peningkatan produktivitas tambak udang di Indonesia, Trenggono menekankan pentingnya tetap menjaga kelestarian lingkungan. Ia tidak ingin produktivitas tambak udang malah mengancam kelestarian ekosistem perikanan yang ada di sekitar tambak. Sebab hal itu juga akan mengancam kelangsungan usaha yang sudah dibangun.

“Kita tidak boleh mengabaikan lingkungan. Penerapan ekonomi biru itu sangat penting, dan kami sedang menuju ke sana,” ucapnya.

Sementara itu, Gubernur sumbar Mahyeldi Ansharullah menyambut baik usulan Menteri KKP tersebut. Bahkan, ia mengajak Trenggono untuk mengunjungi Sumbar guna meninjau langsung aktivitas perikanan di sana, termasuk meninjau tambak-tambak yang sudah berproduksi.

“Apa yang kita pikirkan ternyata sama, Pak. Tambak udang ini memang besar sekali potensinya sehingga perlu adanya pengembangan,” kata Mahyeldi.

Ia menjelaskan, Sumbar memiliki tambak udang vaname yang tersebar di beberapa kabupaten/kota. Saat ini, ada sekitar 300 tambak dengan hasil panen 300 ton per seratus hari.

“Tentu dengan jumlah itu belum mencukupi untuk yamg memiliki kualitas ekspor. Untuk bisa melakukan ekspor mandiri dari Padang, setidaknya dibutuhkan produksi sekitar 150 ton seminggu,” kata Mahyeldi.

Tambak udang vaname berpotensi dikembangkan di Sumbar untuk membantu menggerakkan perekonomian masyarakat nelayan di pesisir pantai. Ia mengatakan, di Sumbar terdapat tujuh kabupaten/kota yang berada di pesisir pantai. Sehingga potensi pengembangan tambak udang vaname amat terbuka lebar. Tujuh kabupaten/kota itu adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Pesisir Selatan, Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Agam, dan Pasaman Barat.

“Seperti apa yang disampaikan Menteri KKP tadi, kami akan mendorong masyarakat untuk budidaya udang dengan menggunakan tanah tak produktif di pinggir pantai, yang bisa dimanfaatkan sebagai tambak udang vaname,” tuturnya.

Ia juga menyebutkan, tambak udang tidak hanya menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah pesisir, melainkan bisa pula menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga membantu mengurangi tingkat pengangguran.

Selain menyoal udang, dalam pertemuan tersebut dibahas juga tentang potensi perikanan lokal. Salah satunya, potensi ikan garing yang dinilai cukup menjanjikan. Trenggono mengimbau Pemda untuk tetap konsisten menjaga kelestarian ikan tersebut, di tengah tingginya permintaan dan harga jual yang menggiurkan.

Seperti diketahui, ikan air tawar yang sering disebut mirip dengan salmon itu memiliki harga jual mencapai Rp400 ribu per kilogram. Ikan ini biasa hidup di sungai-sungai berarus deras.

Untuk menjaga kelestarian ikan lokal di Sumbar, pemda harus terus mempertahankan tradisi lubuk larangan, yakni ikan hanya boleh dipanen dari sungai satu tahun sekali dan yang boleh diambil pun hanya ikan-ikan berukuran besar.

“Tentunya, seperti pesan Menteri Trenggono, yang paling penting adalah bagaimana menjaga kelestarian ekosistem ikan tersebut,” ujar Mahyeldi. Dalam pertemuan tersebut ikut hadir Plt Dirjen Perikanan Tangkap KKP, M. Zaini; Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja; serta jajaran Staf Khusus KKP. Sementara itu, dari Pemprov Sumbar ikut hadir Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Yosmeri serta Kepala Biro Kerjasama Pembangunan dan Rantau, Luhur Budianda. (*)

hantaran.co