Sumbar

Air Batang Tapan Tiba-tiba Menguning, Ini Kata Tokoh Masyarakat Peduli Lingkungan Pessel

12
×

Air Batang Tapan Tiba-tiba Menguning, Ini Kata Tokoh Masyarakat Peduli Lingkungan Pessel

Sebarkan artikel ini
Pessel
Terlihat material pengerjaan proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air di Nagari Limau Purut Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, abai terhadap kesehatan lingkungan. OKIS

PESSEL, hantaran.co — Pengerjaan proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air di Nagari Limau Purut Tapan, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, diduga abai terhadap kesehatan lingkungan.

Tokoh Masyarakat Peduli Lingkungan dan Penggiat Konservasi Pesisir Selatan, Yaparudin, mengatakan, akibat kelalaian dari pelaksana proyek, sudah seminggu belakangan air Sungai Batang Tapan menguning. Hal ini diduga akibat tercemar material proyek yang longsor dan tepat menutup mata air yang mengalir ke Batang Tapan. Sekitar 50 meter Daerah Aliran Sungai (DAS) tertutup material longsor .

Tercemarnya Sungai Batang Tapan tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di satu nagari saja, namun tersebar di sejumlah nagari yang dilewati Batang Tapan, seperti Nagari Limau Purut Tapan, Talang Balirik Tapan, Tebing Tinggi Tapan, Sungai Pinang Tapan, Talang Koto Pulai Tapan.

“Tak hanya itu, material longsor juga merusak kebun warga setempat. Seperti pohon karet, pinang, dan lain sebagainya,” ujarnya pada wartawan di lokasi, Rabu, (5/5/2021).

Ia menuturkan, proyek yang diketahui dari Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sumatera Barat tersebut, seperti proyek siluman kerena tidak memiliki plang sebagai bentuk keterbukaan anggaran dan dibiayai dari pajak masyarakat.

“Sekarang persoalan dilapangan antara kontraktor dan konsultan saling lepas tangan dan mereka saling menyalahkan. Padahal kami dari masyarakat ingin tahu kejelasan dari proyek tersebut, namun mereka tidak ada yang menjawab,” ucapnya lagi.

Terkait persoalan itu, PPK Air Minum Satker Pelaksanaan Prasarana Permukiman Provinsi Sumatera Barat, Prasetyo Budi Luhur mengatakan, proyek tersebut memang dibawah kewenangan pihaknya.

Ia mengaku sudah mendapatkan laporan terkait adanya protes warga dan meminta rekanan untuk bertanggung jawab. Bahkan, pihaknya sudah mengintruksikan pengerjaan untuk segera dihentikan.

“Ya, saya sudah minta rekanan untuk bertanggung jawab, untuk sementara pengerjaan dihentikan dulu. Pihak pelaksana diminta untuk membersihkannya, sehingga bekas longsor tidak mencemari sungai,” ujarnya.

Ia menjelaskan, proyek dengan anggaran sebesar Rp14 miliar tersebut mulai terhitung pengerjaannya sejak Maret 2021. Saat ini prosesnya masih sebatas pembuatan akses jalan. Diketahui dilaksanakan oleh PT. Bayu Surya Bakti Konstruksi dengan nilai proyek 14.176.338.000. Sementara konsultan supervisi pembangunan adalah PT. TRIEXNAS.

“Sesuai prosedur bekas kerukan jalan ini seharusnya dibuang keluar. Namun, karena ada permintaan dari warga ditimbun saja ke kebun mereka. Namun, karena curah hujan yang tinggi, bekas tanah ini turun lagi ke sungai,” ucapnya lagi.

Pihaknya berencana bakal melakukan pemagaran lokasi proyek dan pembuatan plang.

“Proyek ini pengerjaannya hingga akhir Desember. Jadi, untuk sementara kami stop dulu karena tanah masih labil. Kemudian terkait plang merek juga bakal dibuat, ini karena baru jalan,” tuturnya. (*)

Okis/hantaran.co