Ramadan

Pesan Imsak Saat Berpuasa

11
×

Pesan Imsak Saat Berpuasa

Sebarkan artikel ini
Sobhan
Dr. H. Sobhan Lubis, M.A (Ketua Harian Masjid Raya Sumatra Barat). IST

Dr. H. Sobhan Lubis, M.A (Ketua Harian Masjid Raya Sumatra Barat)


Ungkapan Imsak yang diterjemahkan dengan menahan diri, biasanya muncul dalam pembahasan Fiqh Puasa. Ketika seseorang ingin mengetahui uraian lebih mendalam dan lengkap tentang puasa maka terlebih dahulu akan melacak pengertian puasa tersebut. Akhirnya ditemukan penjelasan puasa, dengan redaksi bahasa; pengertian puasa menurut etimologi atau bahasa (lughatan) adalah menahan–hanya sebatas itu.

Dalam bahasa Arab disebut dengan al-Imsaak. Sedangkan puasa menurut terminologi (istilahan) adalah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama, mulai terbit fajar (Subuh) sampai terbenam matahari (Maghrib). Semua itu untuk mengharapkan keridaan dan menyiapkan diri untuk bertakwa kepada Allah dengan jalan muraqabah (merasa selalu diperhatikan Allah) disertai mendidik kehendak dan keinginan.

Ketika mengorek berbagai informasi yang berkenaan dengan puasa, biasanya tidaklah amat tertarik dengan pengertian puasa menurut bahasa atau etimologi yang al-Imsaak (menahan), akan langsung terfokus pada pengertian puasa menurut istilah atau terminologi. Kalau memang ke situ tumpuan perhatiannya, maka bisa diajukan sebuah pertanyaan. Apakah dengan hanya menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari bisa mengantarkan seseorang menjadi bertakwa? Apakah tidak disebut terlalu murah mendapatkan takwa tersebut?

Seperti yang dipastikan Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah: 183 yang sudah sangat populer itu;  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS.Al-Baqarah: 183).

Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengajak kita untuk berkonsentrasi sejenak pada pengertian puasa menurut bahasa yang diungkapkan dengan kata Imsaak dan diterjemahkan dengan kata menahan atau bertahan. Bila dirujuk arti kata ‘menahan’ ke dalam kamus Bahasa Indonesia maka akan ditemukan maknanya sebagai sebuah kekuatan; menghentikan, mencegah; menanggulangi, tidak membiarkan lepas (terus berlangsung), menopang (menyangga) supaya tidak rebah, membiarkan tidak terjadi (terwujud dan sebagainya), tidak meneruskan, dapat menahan penderitaan; sabar dan lain-lainnya.

Sementara bila kata Imsaak diartikan dengan ‘bertahan’ maka dalam kamus Bahasa Indonesia pengertiannya dengan; tetap pada tempatnya (kedudukannya dan sebagainya); tidak beranjak (mundur dan sebagainya), mempertahankan diri (terhadap serangan, godaan, dan sebagainya), tidak mau menyerah; berteguh hati; berkerashati dan lain sejenisnya.

Amatlah dalam dan hebat pengertian Imsakini. Apalagi setelah diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dan sekaligus dengan bantuan penjelasannya. Tampaknya Imsakbisa disamakan dengan Istiqaamah, suatu prinsip yang dielukan dan digaransi oleh Al-Qur’an melalui firman Allah SWT : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu’.(Fushshilat: 30).

Betapa luar biasanya kedudukan orang yang istiqamah dalam pandangan agama kita, suatu martabat yang sangat agung, tentu dalam menyikapi aturan-aturan agama yang sudah digariskan prinsip pokoknya sewaktu Allah Swt berbicara pertama kali kepada Nabi Adam AS berserta istrinya di Surga. “Dan Kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS.Al-Baqarah: 35).

Pesan yang terdapat pada ayat tersebut adalah penjelasan dalam menjalani kehidupan ini yang  akan selalu berhadapan dengan perintah dan larangan, sekaligus terdapat bimbingan untuk tidak gegabah dalam menjalani kehidupan. Tetap ada ketakutan akan terjerumus pada lembah kezaliman. Ketika seorang muslim bertahan pada perinsip itu maka itulah yang dimaksud dengan Istiqaamah, sifat yang sangat terpuji.

Imam Al-Nawawiy Rahimahullah memaknai Istiqamah sebagai tetap di dalam ketaatan. Sehingga istiqamah sendiri memiliki pengertian bahwa seseorang senantiasa ada di dalam ketaatan dan di atas jalan lurus di dalam menjalankan ibadah kepada Allah Swt.

Akhirnya, bila dikaitkan makna puasa menurut bahasa yang menjadi tema pembicaraan ini sangat tepat bila diartikan atau disamakan dengan Istiqamah, bahwa Imsak yang menjadi pengertian puasa menurut bahasa dan diterjemahkan dengan menahan atau bertahan, akan benar-benar bisa mengantarkan seseorang menjadi Muttaqiin (orang-orang yang bertakwa).

Hanya saja tentu harus dipahami, bahwa menahan itu tidak hanya di antara terbit fajar dan terbenamnya matahari, tetapi termasuk di malam harinya. Tidak hanya di bulan Ramadan, tetapi sepanjang hari dan sepanjang masa, karena merupakan pakaian dan prinsip orang-orang yang bertakwa. Ya Allah berikanlah kepada kami kemampuan untuk mendapatkannya dengan sempurna. Aamiin YRB. (*)