PASBAR, HANTARAN.Co–Sebanyak 4.574 balita di Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) tercatat mengalami stunting dari total keseluruhan 34.317 balita yang ada. Data ini terungkap dalam pemaparan kinerja pelaksanaan konvergensi stunting tahun 2025 melalui zoom meeting dalam rangka penilaian kinerja stunting tingkat Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) beberapa waktu lalu.
Pemaparan tersebut diikuti oleh jajaran Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat bersama tim panelis penilai. Hadir di antaranya Sekretaris Daerah (Sekda) Pasbar Doddy San Ismail, Ketua TP PKK Pasbar, Sifrowati Yulianto, para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemangku konvergensi stunting, serta berbagai stakeholder terkait lainnya.
Wakil Bupati Pasaman Barat, M. Ihpan, selaku Ketua Tim Percepatan Penanggulangan Stunting (TPPS), membuka kegiatan tersebut dengan menyampaikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemda Pasbar dalam menurunkan angka stunting. Ia menegaskan bahwa penanganan tidak hanya dilakukan di tingkat kabupaten, tetapi juga melibatkan OPD hingga ke tingkat nagari.
Menurut Ihpan, berkat upaya terpadu dari berbagai pihak, angka stunting di Kabupaten Pasaman Barat berhasil ditekan dan saat ini berada di posisi 26,60 persen. Prestasi ini juga ditunjukkan dengan keberhasilan Pasbar meraih juara tiga pada penilaian kinerja penanganan stunting tahun sebelumnya. “Untuk itu, kami berharap tahun ini jika tidak bisa juara dua, paling tidak kita bisa meraih juara satu,” ujar M. Ihpan dengan optimistis di hadapan panelis.
Sementara itu, Kepala Bapelitbangda Pasaman Barat, Ihwanri, yang mendampingi Wakil Bupati dalam pemaparan, menyampaikan bahwa angka prevalensi stunting di Pasbar pada tahun 2007 mencapai 45,2 persen. Sejak Pasbar ditetapkan sebagai lokus stunting pada November 2018, angka tersebut berhasil ditekan secara bertahap.
Pada tahun 2018, prevalensi stunting tercatat sebesar 35,1 persen. Upaya penurunan yang dilakukan secara berkelanjutan membawa hasil signifikan. Pada tahun 2024, angka prevalensi berhasil diturunkan menjadi 26,6 persen, atau terjadi penurunan sebesar 8,5 persen sejak penetapan lokus.
Meski telah terjadi penurunan, angka prevalensi stunting Pasbar pada 2024 masih berada di atas rata-rata provinsi dan nasional. Prevalensi Sumatera Barat tercatat 24,9 persen, sementara angka nasional berada di 19,8 persen. Namun demikian, laju penurunan di Pasbar menunjukkan tren yang positif dan lebih cepat dibandingkan rata-rata.
Ihwanri menjelaskan, selama periode 2007–2023, laju penurunan angka prevalensi stunting di Pasbar mencapai 3,6 persen per tahun. Capaian ini lebih baik dibandingkan laju penurunan nasional yang sebesar 3,3 persen per tahun dan Provinsi Sumatera Barat yang sebesar 2,6 persen per tahun.
Lebih lanjut, berdasarkan data daerah melalui aplikasi e-PPGBM, angka prevalensi stunting di Pasbar juga menunjukkan kemajuan pesat. Dari 28,4 persen pada tahun 2018, angka tersebut berhasil diturunkan menjadi 13,32 persen pada tahun 2025, atau terjadi penurunan sebesar 15,08 persen dengan laju penurunan 2,54 persen per tahun.
Pemerintah daerah berharap berbagai strategi konvergensi stunting yang telah dijalankan dapat terus memberikan hasil nyata di lapangan. Kolaborasi lintas sektor, peran aktif masyarakat, serta dukungan pemerintah pusat dan provinsi menjadi kunci dalam mempercepat penurunan angka stunting di Pasaman Barat.
Dengan capaian yang terus meningkat, Pemkab Pasbar menargetkan posisi yang lebih baik dalam penilaian kinerja stunting tingkat provinsi tahun ini. Langkah strategis tersebut diharapkan tidak hanya mendongkrak prestasi daerah, tetapi juga memastikan anak-anak Pasaman Barat tumbuh sehat dan memiliki masa depan yang lebih baik.